Tadinya hujan sang latar belakang. Hujan teman baik cerita..saat ingin benar-benar didengarkan..dan saat tak ingin seorangpun mendengar..Untuk asa-mu, apa yang kau lakukan?

—Semoga ga sering-sering vertigonya—

—Semoga ga sering-sering vertigonya—

Manusia bisa saja mengatur hidupnya dan rencana-rencana di dalamnya. Tapi siapa yang mampu membantah takdir? Aku tidak bisa. Bahagia saat takdir baik, menangis saat takdir tak baik. Lalu apa? Ikuti alirmu. Yang ada sekarang, itu sudah cukup. Kalau mau lebih dari yang ada sekarang, mungkin itu belum saatnya, atau memang bukan seharusnya.

Sudah lama. Karna aku baru sembuh dari kesakitan. Dan mungkin sebentar lagi sakit itu akan ada. Tapi nanti aku pasti lebih kuat, dari belajar, dari meramu rasa.

Berharap tidak sekedar hari penuh ucapan.

Tidak mudah untukku menjadi kuat menopang benteng yang telah kubangun sekian lama.

Jangan pergi dari kehampaan. Bukan hampa yang ada dalam diri, tapi hati dan pikir yang tak sadar diri ada kasih menaungi.

Masih bersama suara jangkrik-jangkrik di sawah depan rumah. Ternyata mengantri pun meninggalkan kenangan di hati seseorang.

Catatan untuk diri sendiri memang terkadang lebih sering hanya menjadi pajangan yang akan usang. Tapi tidak, jika diri benar-benar mau menuju kesana, pada keutuhan.