[TW: Suicide] Banyak orang bepikir kalo yang sering banyak kasus bunuh diri hanya di Korea atau di belahan dunia lain, padahal Indonesia ada di posisi 6 kasus bunuh diri tertinggi di Asia. Tapi sangat disayangkan, masyarakat kita masih sangat sulit untuk diajak berempati dan memahami bahwa gangguan mental tidak perlu selalu dikaitkan dengan kehidupan keimanan. Gangguan mental adalah sebuah sakit yang nyata, maka sama halnya dengan orang tidak akan pernah mempertanyakan level iman seseorang yang menderita kanker atau penyakit fisik berat lainnya, seharusnya mempertanyakan kualitas iman pada seseorang yang mengalami gangguan mental adalah menjadi hal terakhir yang jangan sampai pernah kita lakukan. Gangguan mental itu benar-benar sebuah kesakitan yang nyata yang membutuhkan perawatan dan pendampingan. Seseorang yang melakukan percobaan bunuh diri, biasanya telah mencoba berbagai usaha untuk terus bertahan. Karena bunuh diri tidak pernah menjadi keputusan instant atau dadakan. Mereka sudah melakukan segala cara untuk bisa bertahan, tapi mereka akhirnya kehilangan harapan. Sedalam apapun informasi yang coba gw dalami, sebanyak apapun kata-kata yang telah gw tulis, tetapi ternyata gw tetap merasa mungkin sebaiknya ini dihapus dan dibahas di lain hari, karena yang mau gw lakukan di episode ini, gw tidak akan membacakan surat tapi justru membuatkan sebuah surat. Sebuah surat untuk kamu, kamu yang sudah bertahan sampai hari ini, terlepas dari sedahsyat apapun keinginanmu untuk menyerah pergi. Mungkin suara dikepalamu juga semakin bising, terus-terusan bilang kamu gak berdaya, kamu gak layak dihargai, kamu gak akan bisa hidup bahagia, kamu gak punya harapan untuk hidup lebih baik dan kamu sama sekali gak penting. Suara itu kadang berubah menjadi sangat familiar terdengar sehinggga kamu mulai meyakininya sebagai sebuah kebenaran ketika suara itu bilang untuk segera menyakiti dirimu supaya sakit di dadamu terasa lebih baik. Tidak pernah berhenti, pikiranmu merancangkan sebuah kepergian yang kamu harapkan tidak akan jadi terlalu merepotkan orang lain, dan kamu masih berusaha mencari di mesin pencarian: "bagaimana cara mati yang tidak terlalu sakit". Yang kamu rasakan hari ini tidak merefleksikan sebuah kehancuran, karena kamu hanya sedang tidak sehat sekarang. Dan tidak ada satupun orang di dunia ini yang pernah merasa bersalah karena mereka kena demam berdarah, pilek, atau meriang. Karena itu adalah reaksi normal atas adanya ketidaknyamanan, benda asing, atau ancaman dari luar tubuh. Dan itu sama. Depresimu, sedihmu, adalah sebuah reaksi atas ketidaknyamanan dan ancaman yang datang dari luar kendalimu.
Ini bukan salahmu kalau kamu tidak bisa mengendalikan sedih dan tangisanmu. Bukan salahmu kalau hidupmu tidak berjalan sesuai dengan harapanmu, juga bukan salahmu kalau keluarga atau orang-orang yang kamu kasihi justru sangat berkontribusi atas semua sakitmu hari ini. Depresi dan keinginan untuk mati bukan tentang menemukan siapa yang salah dan harus diadili. Depresi dan keinginan untuk mati hanya menjelaskan tentang satu periode waktu dalam chapter hidupmu, karena sedih ini tidak akan selamanya menguasaimu. Pergumulan mentalmu sama sekali tidak menentukan akhir hidupmu, karena penciptamu tidak sedang bergurau saat Dia menciptakanmu. Hidupmu adalah sebuah maha karya dari pencipta yang maha besar dan maha luar biasa jadi kamu adalah buatan tanganNya yang sangat berharga. Kamu tidak hancur berantakan, kamu hanya sedang kurang sehat dan sedang menunggu antrian kesembuhan. Dan menginginkan sembuh bukanlah mimpi yang terlalu angkuh, karena damai dan bahagia juga adalah bagianmu.
Questions and your stories are always welcome on IG: @itsokaytotalk or @ichajulisca. #kesehatanjiwa #mental health #mentalhealthawareness #mentalhealthmatters #depression #suicide #suicideprevention #bunuhdiri
Cr footage: CNN Indonesia, NET News, Buletin iNews, Tribunews on Youtube.
Cr backsound: Lee Hi - Breathe (guitar cover: Ghernest Eduard)