Di episode ke-17 'The Felix Martua Series', jurnalis musik Felix Martua membahas karya terbaru komposer pemenang Piala Citra dan AMI Awards, Andi Rianto dan penyanyi pop Keisya Levronka yang bertajuk "Mengejar Matahari". Lagu ini sebelumnya dipopulerkan oleh Ari Lasso pada tahun 2004 sebagai soundtrack untuk film yang bertajuk sama.

Di episode ke-16 'The Felix Martua Series', jurnalis musik Felix Martua dan pop singer-songwriter Mahalini bersama-sama membedah perjalanan dan konsep di balik album debut Mahalini yang bertajuk 'fábula', yang dalam Bahasa Latin memiliki arti "dongeng" atau "cerita".

Secara gamblang, Mahalini juga menjelaskan tentang mengapa album 'fábula' dirilis hampir 3 tahun semenjak single debutnya bersama label Hits Records yang bertajuk "Aku Yang Salah", keputusan Mahalini untuk 'membatasi' keterlibatan Rizky Febian dalam pengerjaan album 'fábula', pelajaran yang Mahalini petik dalam meracik album debut yang berhasil, keterlibatan Mahalini sebagai songwriter untuk musisi lain, dan ide yang sudah disimpan Mahalini untuk album berikutnya.

Di episode ke-15 'The Felix Martua Series', jurnalis musik Felix Martua berkenalan dengan Aruma: penyanyi pendatang baru yang berusia 19 tahun yang berhasil mencetak prestasi yang langka di skena modern musik pop Indonesia. Lewat single resmi perdananya yang bertajuk "Muak", Aruma berhasil menembus berbagai macam tangga lagu besar di Indonesia - termasuk di antaranya Spotify Indonesia Top 50. Tidak hanya itu saja, Aruma kini menjadi salah satu kandidat artis pendatang baru yang paling bersinar di tahun 2023 karena kemampuannya mencetak hit tanpa menyandang status sebagai jebolan YouTube atau ajang kompetisi bakat. Secara terbuka, Aruma membahas asal mulanya, keputusannya bergabung dengan Sony Music Entertainment Indonesia, risiko yang diambilnya untuk memilih balada nan gelap yang bertajuk "Muak" sebagai perkenalan pertamanya di industri musik Indonesia, dan remake karya band legendaris Sheila On 7 yang akan menjadi single keduanya.

Lebih banyak tentang jurnalis musik Felix Martua: https://www.instagram.com/felixmartuaofficial/

Di episode ke-14 'The Felix Martua Series', singer-songwriter dan pemenang AMI Award, Pamungkas memberikan interview perdananya mengenai album (dan era musik) terbarunya: 'Birdy'. Dengan gamblang, Pamungkas menjelaskan mengapa, untuk 'Birdy', dia sengaja menghindari warna bombastis-eksperimental yang dia eksplor dalam album pendahulunya 'Solipsism 0.2', mengapa Pamungkas memutuskan untuk tidak "memanfaatkan" popularitasnya yang sedang melejit untuk mempromosikan 'Birdy', mengapa Pamungkas memandang tour Asia Tenggara bulan lalu sebagai wadah edukasi, dan mengapa Pamungkas kerap merasa enggan untuk diajak interview oleh awak media.

Lebih banyak tentang jurnalis musik Felix Martua: https://www.instagram.com/felixmartuaofficial/

Di episode ke-13 'The Felix Martua Series', band pop Juicy Luicy merefleksikan album debut mereka 'Sentimental' yang masih sangat populer 2 tahun setelah perilisannya, mengapa gaya lirik mereka yang unik kemudian menjadi DNA Juicy Luicy, seluk-beluk karya terbaru mereka "Tampar" dan "Munafik" yang kemudian dibawakan oleh solois pop Ziva Magnolya, bagaimana cara meracik lagu 'galau' yang berkualitas, dan kisi-kisi project mereka selanjutnya.

Di episode ke-12 'The Felix Martua Series', singer-songwriter dan nominee AMI Awards, Misellia, hadir untuk membahas seluk-beluk karya terbarunya "Diam-Diam", chemistry yang terjalin antara Misellia dan mentornya: Donne Maula dan Yura Yunita, mengapa Misellia kerap kali merasa "diremehkan" terlepas dari keberhasilan karya sebelumnya "Akhir Tak Bahagia", dan pentingnya menjadi diri sendiri baik dalam meniti karir maupun dalam berkarya.

Di episode ke-11 'The Felix Martua Series', duo folk After Nourway melakukan debut interview mereka dengan membahas kreativitas unik di balik hit viral mereka "Never Mine" dan "I Can't Save Us", kisah personal yang menginspirasi melankolia di balik kedua lagu tersebut, warna musik mereka yang turut mengeksplorasi elemen musik jazz dan rock, tawaran major label yang telah menghampiri mereka sejauh ini, dan impian mereka untuk bisa bekerja sama dengan Kunto Aji, Pamungkas, dan Raissa Anggiani.

Di episode ke-10 'The Felix Martua Series', legenda musik jazz Indonesia Candra Darusman hadir untuk mendiskusikan tentang album kompilasi terbarunya yang bertajuk 'Detik Waktu #2:  Perjalanan Karya Cipta Candra Darusman'. Beliau mengungkapkan bahwa album tersebut, yang merupakan kelanjutan dari 'Detik Waktu: Perjalanan Karya Cipta Candra Darusman' yang dirilis pada tahun 2018 dan memenangkan AMI Award untuk Album Terbaik Terbaik, hendak mengeksplorasi warna jazz yang lebih "liar" dan "unexpected" dibandingkan album pendahulunya -- dengan menggaet para musisi muda seperti Morad, Faye Risakotta, Efek Rumah Kaca, Vira Talisa, Dipha Barus, dan Ardhito Pramono.

Di episode ke-9 'The Felix Martua Series', musisi pop Mark Natama bicara blak-blakan mengenai bagaimana 'situasi hidup' dan 'serangan warganet' justru menginspirasi lagu terbarunya "Salah Baca Pertanda", mengapa vakum dalam bermusik sangatlah berisiko bagi musisi pendatang baru, tekanan yang Mark sempat alami ketika merilis lagu perdananya "Jago Cemburu", dan mengapa Mark enggan untuk mengikuti tren 'easy-listening ballad' yang sedang populer saat ini.

Di episode ke-8 'The Felix Martua Series', singer-songwriter-producer Jinan Laetitia hadir untuk memberikan tanggapan atas album debutnya 'One' yang berhasil menarik perhatian audiens dan media internasional (di antaranya MTV Asia, NME Asia, dan Bandwagon Asia), mengapa Jinan berteguh dengan prinsip musiknya dan menghindari ranah musik mainstream, dan apakah ini menjadi petunjuk bahwa Jinan akan segera "go international"?