Melonjaknya kasus Covid-19 membuat fasilitas kesehatan kolaps. Pasien yang semakin membludak setiap harinya tidak berbanding lurus dengan fasilitas kesehatan yang justru menurun, bahkan nyaris langka. Bila sebelumnya masker dan APD stoknya nyaris hilang di pasaran, bila pun ada harganya selangit, sekarang giliran oksigen menjadi the most wanted item. Hal tersebut menimbulkan panic buying, anggota masyarakat saling berebut mendapatkan komoditas yang diinginkan. Para produsen dan kartel ikut bermain harga dari barang yang diproduksinya. Mengapa hal ini terus berulang? Lantas dimanakah peran negara dalam mengatasi hal ini?
Sejumlah rumah sakit di Indonesia melaporkan mulai kesulitan pasokan oksigen saat pasien Covid-19 terus bertambah. Juru Bicara Satgas Penanganan Covid-19, Wiku Adisasmito, meminta masyarakat yang menjalani isolasi mandiri tidak berbondong-bondong membeli tabung oksigen untuk persediaan. Dia mengingatkan saat ini pasien Covid-19 yang bergejala sedang dan berat di rumah sakit lebih membutuhkan tabung oksigen. Sebelumnya, Menteri Kesehatan, Budi Gunadi Sadikin, menyatakan selama ini produksi oksigen sebanyak 75 persen untuk industri, sementara 25 persen untuk medis. Saat ini, ia telah mengimbau kepada produsen oksigen agar ada konversi oksigen medis menjadi 90 persen dari total produksi. Selain itu, ada masalah lain yakni distribusi oksigen yang lambat dan belum merata. Untuk mengantisipasi kelangkaan gas oksigen, pemerintah pun berencana untuk melakukan impor. Sudah ada empat perusahaan asing telah dibidik pemerintah. (www.liputan6.com, 05/07/2021)