Dalam kehidupan kita, kita tidak terlepas dari lingkungan dan pertemanan. Tetapi diantara banyak orang, pasti ada teman yang baik dan tidak baik. Dalam Anumana Sutta, kita bisa memilah, teman mana yang bisa kita nasihati, teman mana yang tidak bisa kita nasihati.

Sekarang ini merupakan era informasi, dimana informasi apapun akan mudah diakses semua orang. Hal ini banyak menimbulkan konflik antar kelompok, bahkan hingga antar negara. Pada dasarnya semua mahkluk ingin hidup tenang tanpa pertikaian dan kebencian. Namun pada kenyataannya, semua makhluk hidup dalam situasi tersebut. Apa yang mendasari makhluk hidup dalam permusuhan, konflik dan kebencian?

Banyak orang ingin kaya, terkenal, panjang umur, terlahir di surga. Namun jauh lebih banyak orang yang tidak memiliki hal-hal ini. Karena itu, kita perlu mengetahui bagaimana caranya memperoleh hal-hal yang baik dalam hidup ini? Mempraktikkan dharma yang bagaimanakah agar bisa memperoleh hal-hal tersebut? Kalau ingin sukses, biasa kita diajarkan untuk meniru contoh yang telah berhasil dalam bidangnya. Dalam kesempatan ini, Bhante ingin menjelaskan 7 tekad Dewa Sakkha yang menyebabkan Dewa Sakkha bisa menjadi raja para Devata

Menurut Aanamatagga sutta S. II 189 (Uraian tanpa awal)

Siklus kelahiran kembali ini tidak ada habisnya. Awal dari perjalanan yang panjang ini tidak dapat ditemukan. Makhluk-makhluk ini, terhalang oleh kurangnya pengetahuan tentang sifat sejati kehidupan dan terikat oleh nafsu keinginan, berkeliaran dan mengembara dalam perjalanan tanpa akhir ini. Dalam perjalanan panjang ini, tidak mudah menemukan makhluk-makhluk yang sebelumnya belum pernah menjadi: ayah, ibu, saudara, dan anak

Setelah kita lama tidak ke vihara, mungkin banyak dari kita yang sudah tidak terbiasa dengan pergi ke vihara dan mendengar dharma. Namun, hanya tidak berbuat jahat di rumah saja tidak cukup, kita tetap harus membiasakan diri untuk terus ke vihara dan mendengarkan dharma berulang-ulang. Mengapa?

Bagaimana cara mengontrol keserakahan (racun) lobbha, dosa, moha dalam batin kita ini?

Semua orang selalu mencari kebahagiaan. Namun seperti apa kebahagiaan yang kita cari?

 Dalam kehidupan kita sehari-hari, kita sering dihadapkan dengan motivasi untuk terus berlari, ayo terus mengejar karir, dan sebagainya. Apakah dengan berhenti dan berbahagia kita harus memutus semua hal-hal dalam kehidupan kita?

Pamrih pasti selalu ada dalam kehidupan kita. Tapi bagaimana cara kita mengurangi kemelekatan kita sedikit demi sedikit?

Bagaimana menjadi lebih baik dimasa pandemi? Untuk bersahabat dan lebih baik dengan pandemi harus dengan menemukan DUS. Apa maksudnya DUS?