Aku dan kamu memiliki ketahanan stamina yang berbeda, tetapi diriku dan dirimu memiliki kesempatan yang sama untuk melatihnya dalam latihan kesadaran.

Caraku dan caramu dinilai atau pun menilai bergantung pula pada pengenalan dan pemahaman bagaimana seseorang ingin dikenal dan dinilai baik dalam hidupnya.

Tak hanya tempat tertentu yang dikeramatkan, tapi diri ini pun menjadi keramat tat kala kehadiranku dan kehadiranmu semakin menjauh dari aliran rahmat.

Aku dan kamu merindukan menjadi pemain utama dalam aneka sisi kehidupan. Tapi kesadaran ini mengarahkan diri untuk menyiapkan hati dan budi memainkan pengganti dalam realita kehidupan.

Waktu untuk sendiri dibutuhkan agar hidup berjalan seimbang. Meskipun pada hakikatnya, me time ialah saat menyeimbangkan antara senyuman dan tangisan yang sempat tertahan karena beratnya beban kehidupan.

Setiap orang bebas berpendapat dengan segala caranya, tapi pendapatan (keuntungan) lebih menentukan bagaimana aku dan kamu bersikap pada pendapat.

Tak satu pun ingin dilupakan dan diabaikan dalam kehidupan. Aku dan kamu pun ingin dikenal dan dikenang dalam setiap pengalaman. Namun, latihan kesadaran menunjukkan bahwa semua itu hanyalah jalan pemurnian agar diriku dan dirimu tetap berada pada jalan kekudusan di hadapan Tuhan.

Tak semua orang merindukan untuk pulang ke kampung halaman karena aku dan kamu punya halaman lembaran kisah masa lalu yang tak sama. Kampung kesadaran menjadi tempat untuk belajar saling mengerti pergumulan setiap pribadi.

Bukan banyaknya kumpulan makna yang menjadikan hidup ini bermakna, tetapi melatih diri untuk semakin peka, punya cara, dan terampil memberi makna pada peristiwa yang sama akan menjadikan pengalaman kecil terus berbicara.

Segala hal boleh saja telah berubah menjadi serba online, tetapi kesadaran yang kiranya tak pernah tergantikan dalam perjalanan waktu adalah rasa penasaran yang ada dalam diriku dan dirimu.