Aku dan dirimu kerap sibuk mencari kambing hitam setiap kali ada persoalan yang mesti dipecahkan, hingga tak jarang perasaan pun ikut disalahkan.

Pertempuran dalam dunia kali ini tak lagi berebut daerah kekuasaan seperti kisah zaman kerajaan di masa silam, tetapi berebut dan bersaing pengaruh dalam dunia media sosial.

Tubuh menjadi alarm kesadaran ketika pengetahuan, keahlian, dan integritas diri yang sedang tak sejalan.

Pengosongan diri menjadi jalan kecil kesadaran untuk menerima, menyatukan, dan berdamai dengan jalan hidup yang kini sedang aku dan kamu jalani.

Tak ada satu pun yang ingin merugi dalam hidup ini, meskipun nyatanya tak sedikit yang menanggung kerugian. Resiliensi menjadi kemampuan untuk bertahan dan berjuang dalam ketidakpastian hidup ini.

Bukan sekadar kreasi dan inovasi yang menarik perhatian sehingga banyak orang merasa penasaran, tetapi tawaran yang disajikan berisi harapan yang tak kalah memancing rasa penasaran.

Momen istimewa dalam hidup kerap dihiasi dengan aneka ucapan selamat dan doa dari kenalan. Dari pagi hingga malam tiba berbagai peristiwa seru memberi warna. Namun saat malam tiba dan hari akan berganti barulah tersadar bahwa aku dan kamu seringkali melupakan untuk memberikan ucapan selamat pada diri sendiri.

Kelelahan dalam perjalanan hidup ini bisa saja bukan karena lamanya waktu perjalanan, melainkan karena aku dan dirimu terlalu menggebu-gebu ingin segera sampai tujuan, hingga akhirnya mengabaikan bagaimana caranya menikmati suasana perjalanan.

Tak usah heran bila lelaki dan wanita menjalin sebuah jalinan ikatan tanpa rasa cinta yang mendasarinya. Cinta tak jarang berubah rupa dalam permainan peran yang dipenuhi kejutan hingga akhirnya maut yang memisahkan.

Bukan menjadi yang pertama atau terakhir dalam kisah serunya romansa, tetapi berbagi persepsi tentang apa yang dipikirkan lelaki dan wanita merupakan esensi dari indahnya jalinan relasi.