Sering tertukarnya niat dunia & akhirat dalam kesibukan kita jadi urusan yang perlu dicek kembali kesesuaiannya sepanjang hayat.
Padahal sejak dulu, kita paham akhirat adalah tujuan dan dunia jadi kendaraan. Tapi yang berulang kali terjadi, justru sebaliknya.
Padahal sejak dulu, kita khatam dengan berbagai kenikmatan yang Allah janjikan bagi hamba-hamba yang berorientasi akhirat. Tapi?
Dunia lagi. Lagi-lagi dunia. Dari mana kita mulai memperbaiki?
—
Faithamins Session No.093 “Berburu Dunia yang Semu”
Soul Detox Series with Ust. Agus Al Muhajir

Faithamins Session No.092 “Seimbang Tanpa Bimbang”

Diskusi tentang hikmah konflik dalam rumah tangga sebagai bekal penyikapan sudah dilangsungkan lewat sesi bulan lalu.

Manusia manapun tak bisa terhindar dari rasa marah karena bahkan Rasulullah pun pernah merasa marah.

Perbedaan merupakan fitrah sejak setiap manusia terlahir dan bertumbuh dengan karakternya masing-masing. Tapi, tak jarang perbedaan jadi "kambing hitam" dari kehadiran konflik dalam tatanan rumah tangga.

Aisyah Radhiyallahu’anha pernah ditanya, “Kapan seseorang dikatakan telah berbuat tidak baik?”.

Sejak dahulu, tahta selalu memesona banyak manusia. Terutama saat kesannya teramat kuat sebagai sarana untuk mencapai beraneka cita-cita.

Karena pernikahan adalah menghimpun bukan saja dua jenis manusia yang berbeda, namun juga dua hati, perasaan, pemikiran, juga latar belakang yang tidak sama, maka adaptasi adalah hal yang paling harus kita usahakan.

Kita tahu urusan hati teramat pelik. Lucunya, masih sering kita mendakwa isi hati orang lain saat diri sendiri pun mudah tergelincir dalam penunaian amal-amal yang dilandasi kecenderungan hati.

Kalimat penutup “happily ever after” yang sering kita jumpai dari sebuah kisah romantis bukan sebuah kepastian.