Selain perempuan, saya mengamati terkadang ada harapan berlebihan dari lingkungan sekitar terhadap peran laki laki dalam keluarga. Salah salah jadi bumerang dan menjadikan laki laki sebagai ‘one man show’ yang memicu disfungsi keluarga.

Hasil pengamatan saya bisa banget bias, karena bukan saya sendiri yang memerankannya, namun turut merasakan kecemasannya.

Monolog kali ini juga menjadi ruang dialog untuk bertukar pandangan karena saya belum menemukan jawaban, yuk yang punya cerita!

Menjadi perempuan sekaligus menjadi bagian dari komunitas muslim seringkali menantang, satu diantaranya untuk bisa rileks dalam berpenampilan. Monolog kali ini hanya pengantar kecil saja mengenai perspektif saya dalam memaknai agama. Bukan soal ekslusifnya seorang perempuan, tapi hanya ingin belajar soal kesetaraan dan kemanusiaan.

Kadang sebel ya jika iman kita dinilai oleh teman, lebih gawat lagi kalau disuruh *** hm sebut saja mawar. Pengalaman akrab dengan hal yang mistis kerap dikaitkan dengan lemahnya iman. Bagi gue mistis artinya gak tahu, yang berarti bisa diupayakan untuk dicari tahu. Gue memilih untuk mencari tahu dengan cara yang mudah dimengerti dengan batasan ketidakmampuan yang gue sadari, soal refleksi tidur tindihan dan pengelolaan emosi.

Sebuah monolog yang menyatakan sikap dalam menghadapi stigma soal perempuan