Impact Makers

All Things Equal is more than just a cafe; it's a beacon of inclusivity and community in Melbourne. Join us as we explore the heartwarming story behind this unique social enterprise.

Discover the inspiring general manager (Bianca Stern) who make All Things Equal a special place. Their "all abilities crew" are passionate about their work and take pride in serving up delicious, classic Melbourne brunch dishes. 

Tune in to hear about the impact All Things Equal is making on the community, the challenges and triumphs faced by their team.

Discover the extraordinary story of Wai Kam Mok, a renowned RMIT lecturer and visionary leader. In this captivating interview, Wai shares his inspiring journey from the world of architecture and building design to embracing a powerful prophetic calling.

Learn how Prophetic House, a unique training center founded by Wai, empowers individuals to unlock their prophetic potential and apply God's voice to everyday life. Witness firsthand the transformative impact of this Melbourne-based community as it guides people to grow in their faith and discern God's direction.

Bernie Power's work offers a unique perspective on the intersection of Islam and Christianity. Through this interview, he endeavors to foster understanding between the two faiths by examining their core texts and historical contexts. Power's approach is notable for its emphasis on dialogue and respect, aiming to dispel misconceptions and build bridges. His books, such as "Understanding Jesus and Muhammad," delve into the lives and teachings of these pivotal figures, encouraging readers to explore similarities and differences in a constructive manner.

Apa kamu sering mikir, "Hidup ini mau ngapain sih sejatinya?" Terus kita jadi sering healing untuk hindari stres. Well, mid-life crisis is real! Hidup bisa terasa gak fulfill dan melaju gitu ajah. Tapi, gimana kalau fase ini adalah fase pengudusan yang indah dari Tuhan? Dia kadang membengkokkan jalan yang selama ini kita anggap tepat ke arah yang gak terduga! Menakutkan atau justru membebaskan?

Kebutuhan anak muda berbeda di setiap fase hidup. Tetapi kebutuhan terutama sering kali tidak disadari baik oleh Gen Z maupun pembina. Kita bisa terkecoh untuk memenuhi kebutuhan yang sekunder dan membiarkan kehausan yang terdalam akan Yesus dan Injil terbengkalai. Kita tahu rasanya ditolak, tetapi penerimaan adalah hadiah yang mewah. Ketika kelemahan kita dieskpos, dan siapa yang akan tetap tinggal bersama kita?

Ignorant disiasati Ps. Rendy dengan menarik perhatian Gen Z kepada apa yang ia mau bagikan. Dulu yang alim di SMP, pas SMA mulai jadi bad boy. Apa betul mereka itu cuek, jawab seadanya, dan gak peduli? Masak iya? Keberadaan pembina di gereja masih punya efek sebetulnya, asalkan...

Dulu Indonesia ketinggalan 30 tahun dari Amerika, sekarang the world is flat. Fenomena kekristenan di dunia Barat menjadi nyata dan terbongkar di Indonesia juga. Tak heran, besar presentase Gen Z malas berurusan dengan dunia pergerejaan.

Ekonomi punya peranan penting membentuk kepribadian dan kecenderungan setiap generasi. Selain ekonomi, pengaruh internet bener-bener mengubah kita. Kalau udah ngomog equality, harga mati untuk Gen Z!

Orang yang katanya udah om-om susah relate ke Gen Z? Ael gak setuju! Lebih krusial isi ketimbang perawakan si om... Fashion atau style akan pengaruh ketika memuridkan Gen Z sejauh... Ael blak-blakan soal selera Gen Z.

Ael pernah khotbah dengan membawa pipa, air dan baskom ketika khotbah! Cara yang asik emang pintu masuk yang jitu buat pelayanan Gen Z. Mulai dari nobar, beauty class, olahraga, sampe dengerin khotbah bakal ditelan Gen Z ketika kita bisa bawa kombinasi yang tepat. Visual dan alat peraga selalu membantu Ael dalam mengajar Gen Z.