Ternyata bukan aku yang kamu pilih dari seluruh kombinasi alam semesta ini. Ternyata bukan aku tempatmu kembali setelah kamu pergi dariku. Maaf, Aku pikir semuanya akan berakhir menyenangkan. Aku pikir semuanya akan istimewa. Seperti nahkoda di lautan lepas yang tak tahu bagaimana caranya membaca bintang gemintang di langit, begitupun aku. Ada setitik sangsi dalam hati yang aku tak pernah tahu. Dan ternyata setitik itu menggumpal kerana tiap hari kurawat dan kusiram dengan kasih sayang. Ternyata titik kecil itu adalah senoktah gelap, dan dalam masa inkubasinya, aku mabuk kepayang. Kini titik itu sudah berubah membesar menyelimutimu. Matamu gelap, gelagatmu gelap, pikirmu penuh kegelapan, dunia seisinya gelap. Titik gelap itu menjadi getir. Melalui mekanisme yang durjana itu akhirnya kamu lebih memilih orang lain untuk berlabuh. Tawa candaku meleleh hanyut dalam jutaan jurang rasa maluku sendiri. Aku bukan pilihanmu. Ternyata mengikhlaskan adalah efek samping terberat dari sebuah kehilangan. Dan merayakan kehilangan menjadi momen paling sendu karena yang bisa menemaniku hanyalah desiran ombak, dersik angin, dan tetesan air mata.