Share Kalau Ada Sumur di Ladang
Share to email
Share to Facebook
Share to X
By Drupadi.ID
The podcast currently has 16 episodes available.
Musik bukanlah tempat untuk berpolitik. Begitu hegemoni yang tertanam kuat di benak kita. Meski begitu, bagi Cholil Mahmud, demokrasi selalu punya ruangnya sendiri untuk terus dihayati melalui berbagai strategi. Salah satu caranya adalah dengan memilih dan memilah kata yang representatif sekaligus cukup ‘menenangkan’. Agar resistansi tidak mendistraksi, dan cita-cita untuk menyampaikan kisah serta sejarah bangsa dapat tuntas tersampaikan. Bersama band Efek Rumah Kaca (ERK), secara konsisten, Cholil dapat membuktikan bahwa musik dan politik nyatanya bisa bersimbiosis dengan apik.
Galau itu pilihan, jujur itu keharusan. Generasi kita yang terbiasa terpapar dengan kesempurnaan, masih sukar berkawan dengan segala hal yang terkesan 'cengeng'. Padahal kalau kita mau buka-bukaan, siapa juga yang tidak pernah dibuat bingung, kalang kabut, atau susah tidur tatkala mesti berhadapan dengan cinta dan romansa? Syahid Muhammad (Iid) menuangkan rasa dan pengalaman-pengalamannya tersebut ke dalam 7 buku dengan judul dan cerita yang berbeda. Tak hanya menulis dari dan untuk diri sendiri, Iid percaya pada akhirnya sebuah karya adalah untuk terus merawat kewarasan bersama dengan konsisten berupaya memanusiakan manusia. Maka lewat akun @duduk.dulu, Ia mengajak publik untuk turut berbagi dan meresapi setiap emosi lebih dalam lagi; yang kemudian menjadi inspirasinya dalam karya E-book Rehat Dulu (2020) ini.
Producer: @ryandipp
Music:
Menurut Feby, sastra dan bentuk seni lainnya mempunyai peran yang sangat penting dalam meredakan ketegangan-ketegangan antara pihak yang bersebrangan akibat polarisasi. Cerita fiksi, khususnya, memberikan jeda antara stimulus dan respon, dan dapat membawa pembaca masuk ke ruang imajinasi sehingga mereka bisa memahami sudut pandang yang berbeda dari dirinya. Feby juga berbagi tips buat kita semua agar bisa terus merawat semangat dan harapan untuk tetap berkarya di tengah ketidakpastian akibat pandemi yang sedang terjadi.
Music:
Menjadi perantau, yang juga pelajar di bidang International Financial Law, di Kings College, London, pada masa Pandemi ini tentu tidaklah mudah. Tetapi, Maria percaya, masing-masing kita punya terlalu banyak anugrah untuk sekadar berpasrah. Perlu usaha terlebih dahulu; seperti beradaptasi dengan situasi dan terutama mencintai diri sendiri dengan melakukan apa-apa yang betul-betul kita kehendaki. Misalnya, meracik makanan. Sekalipun bumbu, alat, dan bahan di kota ini terbatas, tidak menghentikan Maria dalam upaya memenuhi keinginan serta kebutuhannya dalam berkreasi.
Music:
Ketika mengucapkan “Bertolak dari yang Ada”, pertanyaan berikutnya yang muncul adalah: Memangnya, kita punya apa?
Mau tak mau, kita mesti mengakui bahwa wabah global yang terjadi saat ini mengubah banyak hal dalam kehidupan kita, baik dari segi fisik, ekonomi, hingga perilaku sehari-hari. Masyarakat Indonesia yang sangat sosial dan doyan nongkrong tiba-tiba mesti berpikir ulang cara bersosialisasi tanpa mesti berdekatan secara fisik. Tapi bukan berarti kita benar-benar gagap karena sebenarnya dalam skala lokal, masyarakat tradisi kita memiliki cara ‘tolak bala’nya sendiri dan juga mekanisme masing-masing untuk bertahan hidup.
Sesi diskusi ini mengajak kita untuk menggunakan kacamata antropologi untuk mengobservasi diri dan lingkungan, merenungkan, dan menganalisa potensi apa yang dapat kita gunakan untuk bertahan hidup dan meresapi nilai dalam situasi wabah seperti sekarang ini.
Dengan menyadari fenomena yang terjadi di sekitar kita secara holistik maupun komparatif, barangkali akan menjadi lebih mudah bagi kita untuk mengarahkan 'kegelisahan' kreatif ini menjadi lebih berdaya, tepat guna dan bertanggung jawab.
Episode Tea Time Talks kali ini diadakan dengan berkolaborasi bersama NuArt Sculpture Park @nuartpark.
Producer: @kennyarinonce @ryandipp
Music:
Learning does not need to wait where and to whom we must study. Everything around us is the best teacher. Especially amid this period of self-isolation, the closest is the most likely the one who can teach and remind us of something we often forget. Candice, an Australian writer, who happens to live in the same house with the artistic director Drupadi ID, Kennya, in London, shares her journey and efforts to maintain his faith and sanity in the face of this pandemic.
Producer: @ryandipp
Music:
Obrolan minggu sore bersama rekan-rekan pelaku seni (performer, penari, koreografer, produser, dkk) tentang halang rintang serta upaya inovasi-inovasi dalam melakoni profesi di Tengah Pandemi. Dari kampanye #kogeomefi seorang penari hingga persoalan hak asasi, diskusi serius tapi santai, santai tanpa serius ini, adalah upaya untuk kembali mengingatkan kami, sebagai pelaku, bahwa melakoni profesi di bidang seni dan budaya adalah tentang bagaimana memanusiakan manusia melalui apapun mediumnya.
Producer: @ryandipp
Virus merajalela. Panik pun melanda. Beragam ide dan kampanye merebak di seluruh penjuru sosial media. Pengkarya asik meracik cara, audiens asik menikmati karya. Ketika semua bergerak dan berupaya, adakah celah tanya kemana ini semua akan bermuara? Obrolan ini adalah upaya untuk merefeleksikan serta mengingatkan kembali tentang intensi sebuah gerakan dalam kesenian, salah satunya belajar dari sejarah seni aktivisme di Amerika Serikat pada era meledaknya pandemik HIV AIDS. Termasuk berbagi cara untuk merawat harapan ditengah segala ketidak pastian.
Producer: @ryandipp
Virus merajalela. Panik pun melanda. Beragam ide dan kampanye merebak di seluruh penjuru sosial media. Pengkarya asik meracik cara, audiens asik menikmati karya. Ketika semua bergerak dan berupaya, adakah celah tanya kemana ini semua akan bermuara? Obrolan ini adalah upaya untuk merefeleksikan serta mengingatkan kembali tentang intensi sebuah gerakan dalam kesenian; termasuk merawat harapan ditengah segala ketidak pastian.
Percayalah, tidak selamanya rumput tetangga lebih hijau. Stela Nau, Ketua PPI UK 2019 bersama staff Seni Budaya, Nurrohman Teguh, membuktikannya dengan membagi kegelisahan serta harapan selama memilih bertahan untuk tinggal di London, United Kingdom, selama periode krisis kesehatan ini berlangsung. Simak bagaimana COVID-19 sekalipun 'menakutkan' tetapi di saat yang sama justru membuat mata, hati, dan telinga mereka lebih peka lagi terhadap hal-hal yang mereka rindukan, dan barangkali, lupakan.
Producer: @ryandipp
The podcast currently has 16 episodes available.