Seorang profesor mengingatkan kita tentang penggunaan masker di tempat umum adalah salah satu upaya untuk mengurangi risiko paparan terhadap virus, terutama di wilayah tempat umum sperti rumah sakit, pasar, kerumunan, dan termasuk tempat ibadah seperti masjid.   

Hanya saja terkait masjid, sang profesor mengatakan bahwa jamaah masjid adalah sekelompok manusia yang "jelas" tujuannya, dimana mereka tidak bergejala.    Di sini Pak Ahmad perlu menjelaskan bahwa jamaah masjid tetap perlu menggunakan masker. Karena penularan COVID19 tidak selalu ditularkan oleh mereka yang bergejala tetapi juga oleh mereka yang tidak/belum bergejala (OTG).   

Referensi:  

Wu P, Liu F, Chang Z, et al. Assessing asymptomatic, pre-symptomatic and symptomatic transmission risk of SARS-CoV-2. Clinical Infectious Diseases : an Official Publication of the Infectious Diseases Society of America. 2021 Mar. DOI: 10.1093/cid/ciab271.  

Johansson, M., T. Quandelacy, S. Kada, P. Prasad, M. Steele, J. Brooks, R. Slayton, M. Biggerstaff and J. Butler. “SARS-CoV-2 Transmission From People Without COVID-19 Symptoms.” JAMA Network Open 4 (2021): n. pag.  

Sayampanathan, A. et al. “Infectivity of asymptomatic versus symptomatic COVID-19.” Lancet (London, England) 397 (2021): 93 - 94.

Memang benar virus akan terus bermutasi, dan hasilnya akan muncul varian baru, seperti varian Delta atau dulu dikenal sebagai B1617 yang pertama kali ditemukan di India. Apa yang perlu kita ketahui? Bagaimana menyikapinya

Banyak beredar di grup WA kalau Pak Mike Yeadon mantan kepala peneliti di perusahaan farma Pfizer menuduh pemerintahnya berbohong dań menyatakan bahwa vaksin covid adalah upaya sistematis membunuh banyak orang meski tidak langsung. Berikut tanggapan Pak Ahmad

Rekan-rekan bersama saya adalah DR Ines Atmosukarto (pakar vaksin), DR Dirga Rambe (dokter spesialis penyakit dalam) , DR Tonang (dokter spesialis patologi klinis). Saya mendengarkan perbincangan di antara teman2 saya ini menyikapi kasus pembekuan darah paska Vaksin AZ.

Saya bisa merasakan betapa bingungnya masyarakat ditengah informasi yang simpang siur terkait pandemi ini. Apalagi informasi yang tampil begitu saja di media sosial dan tidak jelas siapa yang menuliskannya, dan apakah mereka memang benar pakar atau hanya dicatut namanya saja. Vaksin AZ dan juga JJ berteknologi adenovirus dan mungkin ini yang perlu dicermati. Lalu kalau memang kejadiannya sangat jarang, apakah kita menyerah begitu saja ketika ada kawan kita yang terindikasi pembekuan darah? Tentu tidak, maka rekan2 saya disini menjelaskan tindakan2 apa saja yang akan dilakukan jika itu benar2 tera dan tentu saja partisipasi masyarakat untuk juga mengenali gejala gejala yang perlu dicermati paska vaksinasi. 

Data dan publikasinya dalam sebulan terakhir mulai menguak mekanisme imunologi yang mungkin bisa menjelaskan terjadinya pembekuan darah. Data tersebut menunjukkan bahwa kejadian terjadinya pembekuan darah memang sangat terjadinya. namun uniknya ada kelompok usia tertentu yang nampaknya berisiko lebih tinggi untuk mendapatkan pembekuan darah. Namun dibandingkan dengan infeksi alami COVID19 risiko terjadinya pembekuan darah 10x lipat lebih tinggi. Berikut tautan youtube dari kanal Pak Ahmad apabila tertarik untuk melihat visualisasi penjelasan saya 

https://youtu.be/L23nXp0lADA

Memang beta coronavirus seperti penyebab COVID19 akan selalu berevolusi selama perilaku inang (alias manusianya) masih tetap terinfeksi dan menolak untuk taat protokol kesehatan. Salah satu varian COVID19 yang dinamai B1351 kini ditemukan di Bali. Apakah varian ini akan menjadi dominan di Indonesia, apa dampaknya terhadap program vaksinasi nasional? berikut wawancara Pak Ahmad dengan PRO3 RRI uncut. 

Ketika varian COVID19 yang baru2 ini ditemukan di Indonesia, bagaimana cerita munculnya? apa yang harus masyarakat waspadai? perlukah panik?

Baru-baru ini varian COVID19 kembali diumumkan kemenkes yaitu varian yang awalnya ditemukan di Afrika Selatan. Apa yang perlu kita waspadai?

Obrolan Dr Hans Kierstead CEO Aivita di NPR National Public Radio memberikan sumber informasi kisah dibalik gagasan vaksin nusantara, mulai dari ide hingga harapannya. Ada banyak poin bagus dan juga poin yang menjadi catatan yang kami dengarkan. Bersama pak Ahmad adalah Bu Ines Atmosukarto ahli vaksin dari Indonesia yang saat ini tinggal di Australia.

Apa perbedaan vaksin konvensional dan vaksin nusantara? Apakah vaksin konvensional juga menggunakan sel dendrit? Apa keistemewaan vaksin nusantara? Pak Ahmad menjelaskan mekanisme kerja vaksin dendrit menurut pengetahuan immunologi