Vaksin COVID19 bertujuan utama untuk mengurangi kasus rakyat yang harus masuk rumah sakit. Dari 100 orang yang terinfeksi virus diperkirakan 14-20 orang perlu dirawat di RS untuk dibantu dengan oksigen. Maka apabila jumlah orang yang sakit bisa dikurangi separuh saja, itu akan sangat membantu beban rumah sakit dan para nakesnya untuk juga merawat pasien dengan penyakit lain.
Kita juga tahu bahwa orang dengan komorbid maupun tanpa komorbid memiliki kesempatan yagn sama untuk terpapar. Namun orang dengan komorbid memang lebih rentan mengalami gejala berat COVID19. Itu sebabnya orang dengan komorbid (diabetes, hipertensi, jantung, obesitas) adalah kelompok prioritas untuk mendapatkan vaksin.
Maka ketika Sang Profesor mengatakan bahw orang sakit jangan divaksin, maksudnya adalah ketika gejala akut muncul sebelum divaksin (seperti tekanan darah sedang tinggi) maka vaksinasi ditunda hingga tekanan darah terkontrol kembali.
Apakah orang dengan komorbid bisa memunculkan antibodi paska vaksin? Jawabannya bisa, meskipun tidak sebagus orang yang tidak memiliki komorbid, namun masih bisa terproteksi dari gejala berat, dibandingkan dengan mereka yagn tidak divaksin sama sekali.
Hyams, C., Marlow, R., Maseko, Z., King, J., Ward, L., Fox, K., Heath, R., Tuner, A., Friedrich, Z., Morrison, L., Ruffino, G., Antico, R., Adegbite, D., Szasz-Benczur, Z., Gonzalez, M.G., Oliver, J., Danon, L., & Finn, A. (2021). Effectiveness of BNT162b2 and ChAdOx1 nCoV-19 COVID-19 vaccination at preventing hospitalisations in people aged at least 80 years: a test-negative, case-control study. The Lancet Infectious Diseases.