Share Klub Ngobrol Binatang
Share to email
Share to Facebook
Share to X
By Binatang Press
The podcast currently has 27 episodes available.
Tamu kita kali ini adalah kolaborator pertama yang menerbitkan buku bersama Binatang Press, Ilustrator Mohammad Taufik alias Emte. Lama malang melintang di dunia penerbitan sebagai ilustrator, Emte bakalan banyak berbagi pengalaman dia berkarya ilustrasi untuk editorial
Yang namanya ngebahas soal desain, udah pasti menjalar ke hal-hal lain juga. Kali ini, Klub Ngobrol Binatang kedatangan teman kita yang sudah lama malang melintang di dunia grafis desain, @fandysusanto dari Table Six dan Sunset Limited.
Apa ada standar pencapaian tertentu bagi seseorang sehingga karyanya bisa jadi topik bahasan dalam suatu terbitan? Seberapa besar sih kesempatan yang tersedia kalau kita mau menerbitkan karya kita diluar sana?
Sebenarnya faktor apa aja sih yang menentukan suatu harga buku? Kali ini kita akan sedikit ngobrol dibelakang layar, dimana @acung dan @wandaiscuckoo akan sharing ke @felixdass mengenaik lika-liku dibalik penentuan harga buku di Binatang Press.
Sejak awal merancang untuk tandang ke Bandung, salah satu nama yang diincar untuk diajak ngobrol adalah Dendy Darman. Kami bertiga adalah penggemar ide-ide segar sepanjang masa milik Unkl347. Bukan cuma penggemar, tapi kami hidup bersama tumbuh kembangnya brand itu. Lalu, konfirmasi masuk last minute, jadilah episode ketiga Klub Ngobrol Binatang yang menampilkan Dendy Darman. Kami berbincang tentang banyak hal. Bisa disimak di episode ini. Ada satu yang disesali: Keputusan terberat yang harus diambil adalah berhenti karena durasi habis.
Grammars adalah salah satu tempat favorit kami di Bandung. Jadi, senang sekali bisa ngobrol dengan tiga orang pendirinya. Tempat ini ajaib, ketika pandemi datang, malah bisnis dimulai. Kisahnya luar biasa. Ini sekaligus membuat episode Klub Ngobrol Binatang yang paling banyak orangnya. Kami berbincang tentang ruang dan pengelolaannya yang selalu menantang.
Sebagai sebuah label rekaman musik, Grimloc Records selalu menyelipkan narasi cerita dalam setiap rilisannya. Tidak jarang, karya musik dirilis dengan dilengkapi buku pengantar. Membuat zine, terbitan dan materi propaganda juga sering dilakukan. Sebenarnya, kenapa sih melakukan pendekatan ini dalam operasi sebuah label rekaman musik? Kami berbincang dengan Herry Sutresna dari Grimloc Records. Ini juga merupakan episode perdana dari tur luar kota pertama #KlubNgobrolBinatang. Episode ini direkam langsung di kantor Grimloc Records di Suryalaya, Buah Batu, Bandung.
Toko-toko buku fisik yang besar dan melayani berbagai macam selera baca manusia, mulai bertumbangan. Landmark kota yang romantis, pelan-pelan pergi. Tapi, apakah ini akhir sekaligus punahnya toko buku? Bisa jadi tidak. Kendati romantisme menguap, pola interaksi manusia yang difasilitasi oleh toko-toko buku fisik, masih bisa tercipta dengan maraknya kemunculan berbagai macam toko buku butik yang setiap pada selera pemiliknya. Bisa jadi, ini era baru untuk kita semua.
#KlubNgobrolBinatang adalah produk pandemi. Disegerakan karena kami perlu ngobrol. Tapi, kok keterusan jadi panjang dan membahas ke mana-mana. Ya sudah, dijalani saja. Ini musim kedua. Kami belum ingin berhenti. Jalan saja dulu. Termasuk ide untuk di musim ini mulai mengajak kawan-kawan seru untuk ngobrol bareng. Selamat mendengarkan! Semoga selalu sehat dan bahagia; Halo Season Dua!
Situasi rekaman kali ini lagi agak hingar-bingar, gara-gara si Broni, salah satu anjing piaraan di studio Binatang Press sedang bikin ulah. Di episode 018 ini kita akan saling merekap buku-buku yang udah kita baca sepanjang tahun yang cukup ajaib ini.
Ngomong-ngomong kita memutuskan untuk menjadikan ini season finale dulu. Maklum kalau dadakan, namanya juga newbie nih. Sampai jumpa di season 2 Klub Ngobrol Binatang tahun depan ya.
The podcast currently has 27 episodes available.