Hingga pada titik perjuangan, akhirnya aku sadar kekasih. Mencoba ikhlas menerima adalah latihan kesabaran demi kebersamaan kita yang sebelah rasa saja.

Memutar kembali memoriku saat awal melihatmu. Mengenalmu adalah anugerah, walau mengenangmu selalu membuat sedih.

Kita adalah makhluk sosial. Walau tak sendiri, kadang masih merasa sepi. Mari memantaskan diri untuk mencari dan menjadi teman.

Aku begini aku begitu, aku diinikan aku diitukan. Hati hati dengan ke-aku-an yang akan membawa pada keserakahan dan kemelekatan.

Suka dan duka adalah angin dunia. Kita mungkin saja terjatuh, tetapi merintih atau segera bangkit, adalah pilihan.

Saat kita memberi, apa yang ingin diharapkan? Umur panjang, kekayaan, dan masuk surga? Bukankah menginginkan pahala itu juga pamrih walau kecil? Ada tujuan tertinggi dari memberi, yakni memberi karena ingin memberi. Memberi karena ingin membersihkan kotoran batin dari keserakahan.

Memang tak semua orang terlahir rupawan atau bahkan kaya untuk pergi ke klinik. Tapi tak hanya sekadar rupawan -walau rupawan itu jalan mudah untuk berkarir-, kita perlu menonjolkan sisi lain.

Ke-aku-an masih menjadi ilusi kita, yang memberikan ekspektasi pada apa saja yang di luar kita, hingga saat ketidaksesuaian ekspektasi terjadi, muncul pikiran "aku disakiti".

Sabar adalah latihan untuk mencapai kebijaksanaan. Dalam prosesnya, sabar memerlukan kesadaran dan ketegasan.

Dalam kehidupan, tidak menutup kemungkinan kita memiliki piutang yang tak dilunasi oleh peminjamnya.