Share rokatradio
Share to email
Share to Facebook
Share to X
@rokatradio mengajak Puri Senjani, seorang penari dan koreografer muda asal Surabaya, ngobrol perihal lintasan kepenariannya: mulai pengalamannya menjadi penari cheerleader sampai proses penciptaan salah satu karyanya: The Other Half. Obrolan kemudian berkisar pada pikiran tentang "tubuh" di dalam koreografi tari dan sekaligus "koreografi sosial": tubuh yang dibentuk dan dikoreografi oleh lingkungan.
Puri Senjani Apriliani, lahir di Surabaya pada tahun 1994. Mendalami tari di Jurusan Sendratasik, Universitas Negeri Surabaya. Sejak 2014, Puri aktif berproses sebagai penari, koreografer, dan pelatih tari di berbagai institusi, serta aktif di beberapa komunitas seperti Sawung Dance Studio dan Surabaya Stage Dance. Beberapa karya Puri adalah “Exist” (2014), “Sudut” (2016), “Fase Tubuh” (2017), “Tim-Bang” (2018) dan “The Other Half” (2019), dan “#redzone” (2020). Puri Senja adalah salah satu koreografer muda yang terpilih untuk Program Kampana di Indonesian Dance Festival 2020.
Gymnastik Emporium (@gymnastikemporium) menyoal senam sebagai "tarian kolosal" yang dikoreografi kekuasaan. Senam tidak hanya dibaca sebagai gerak kesehatan jasmani, melainkan juga sebagai aparatus di mana tubuh-tubuh warga negara digerakkan oleh sistem yang besar: negara. Ungkapan "di dalam tubuh yang sehat terdapat jiwa yang kuat" adalah sebuah ironi ketika ungkapan tersebut diletakkan di dalam sejarah senam di Indonesia. Di dalam tubuh yang sehat tidak lantas membuat jiwa menjadi kuat, sebab senam bekerja sebagai "penyeragaman" dan "pendisiplinan". Lapisan lain di luar kerangka tematik di atas adalah Gymnastik Emporium bekerja di persimpangan antara olahraga dan seni (tari). Pilihan tersebut turut memantik percakapan di sekitar perluasan makna "koreografi" di dalam seni pertunjukan.
Gymnastik Emporium dikerjakan oleh Irfanuddien Ghozali, Abdi Karya, Ari Dwianto, Kurnia Yaumil Fajar, Muhammad Abe, Andreas Agus Arjatmo, Budi Santosa, Ervinamurti, Kurnisetyowati, Kinanti Sekar, Rahina Umi Hariyani, Luthfi Prasetyo, Farhan Mughnial, Rokhmatullah Julyanto, Sugeng Utomo, dan Vandy Rizaldi.
Gymnastik Emporium, dalam format video, ditayangkan di Indonesia Dance Festival (IDF) 2020.
Tuan-Puan yang berbahagia, pada suatu hari yang jauh, mungkin Anda pernah mendapati Tukang Jual Obat Jalanan mampir ke kota Anda. Biasanya mereka mangkal di pasar tradisional atau di tempat-tempat umum, seperti alun-alun kota, misalnya.
Yang Anda ingat tentang Tukang Jual Obat Jalanan mungkin bukanlah jenis obat yang mereka jual, atau khasiat obat tersebut bagi kesehatan kita. Yang kita ingat adalah cara mereka berjualan. Dengan berkendara mobil, mereka datang dari satu kota ke kota lainnya. Kita juga ingat, selalu ada speaker TOA terpasang di atas mobilnya. Mereka juga membawa properti pendukung seperti tenda dan sebagainya.
Kita dapat membayangkan mereka sebagai rombongan kelompok pertunjukan yang hidup dengan cara bersinggah di tempat-tempat penuh berkah. Si Juru Kisah, atau kita sebut saja ia sebagai Kisanak Sahibul Hikayat, biasanya mengenakan busana seperti ulama atau ustad. Dari cara berpakaian, kita membayangkan mereka seperti tabib, si penyembuh dan pengusir penyakit. Kisanak Sahibul Hikayat sangat mahir berkata-kata, pandai menyampaikan maklumat tentang penyakit dan obat, panggung dan naskah telah dihafal dengan saksama, sehingga membuat kita, para penonton, luluh oleh kata-kata yang menggugah dan bijaksana. Lantas kita membeli produknya.
Pada beberapa bagian di sepanjang pertunjukan, Kisanak Sahibul Hikayat memertunjukkan kebolehan berupa sulap, atau ilmu kanuragan, kadang mereka membawa serta ular dan melibatkan binatang melata tersebut ke dalam repertoar untuk menunjukkan betapa saktinya dia. Lantas, untuk kesekian kalinya, kita pun luluh dan membeli produknya.
Tuan-Puan yang berbahagia, silakan dengarkan "monolog" Kisanak Sahibul Hikayat yang dikirim oleh saudara Heri Prutanto, warga Aek Kanopang, Sumatera Utara. Suara ini direkam melalui telepon pintarnya.
Selamat menikmati Sandiwar(ga), sebuah sandiwara warga.
LNTSN (baca: lintasan) rokatradio mengajak Fj Kunting untuk menggali pikiran-pikirannya tentang hidup keseharian dan pengalamannya mengolah "yang dekat" itu ke dalam karya pertunjukannya (performance art).
LNTSN (baca: lintasan) x Wijiland... dipresenteri oleh Wijil Rachmadhani.
----------
Fj Kunting merupakan seniman asal Yogyakarta dan aktif berkarya sejak 2002. Ia berkarya melalui ragam medium seperti lukisan, instalasi, dan (yang paling intens digeluti) pertunjukan (performance art). Kegiatan sehari-harinya adalah bertani dan membangun Susuhan Art Farm sebagai platform untuk mengeksplorasi simpangan antara seni dengan pertanian. Ia rutin berpameran dan melakukan pertunjukan di berbagai kota di Indonesia dan Asia. Selain itu, ia kerap melakukan kolaborasi dengan seniman video, foto, dan musik. Saat ini, Fj Kunting tinggal bersama istrinya di Kediri, Jawa Timur.
Perforwhat edisi pertama ini mengajak sebagian tim pertunjukan Lusi Pakan Sumbi: Failure De Couture untuk mengisahkan proyeknya mulai dari seputar legenda Sangkuriang yang menjadi landasan penciptaannya, perluasaan isunya ke persoalan tekstil, pokok keruangan di Cigondewah, hingga pilihan dramaturgi serta fashion show sebagai siasat politik bentuknya di ranah seni pertunjukan.
Bersama Grace Ayu Permono Putri, kami membicarakan manajemen seni seperti perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, pengkoordinasian di dalam pengelolaan seni. Tidak saja soal manajemen seni pada dirinya sendiri, tetapi juga bagaimana hal tersebut turut menumbuhkan ekosistem seni yang lebih luas.
LNTSN (baca: lintasan) kali ini membicarakan perjalanan Ika Arista sebagai Mpu pencipta keris dan hubungannya dengan pengalaman dirinya sebagai perempuan yang sehari-harinya berkarib dengan besi (sekaligus membatalkan stereotip seorang Mpu yang dilihat sebagai pekerjaan laki-laki). Ika memaparkan bagaimana keris tidak hanya dilihat sebagai benda atau pusaka yang 'dikeramatkan' (juga sebagai benda profan yang memiliki nilai ekonomi), melainkan juga siasat bagaimana pengetahuan sejarah didistribusikan kepada anak muda.
The podcast currently has 7 episodes available.