Ninus dan Kareth Schaffer adalah dua penari kontemporer yang terlibat dalam project Bee Dances yang ditampilkan saat acara Bali World Cultural Celebrations di Pekan Kesenian Bali tahun 2022. Keduanya telah berkolaborasi sejak sekitar tahun 2020, namun baru tahun ini mendapat kesempatan untuk menampilkan project Bee Dances di Bali. Dalam project ini mereka menerjemahkan tarian klasik Bali, Oleg Tamulilingan, ke dalam tarian kontemporer. Tidak hanya memperhitungkan aspek budaya, namun juga ada pertimbangan saintifik yang melandasi project tersebut.

Lalu, bagaimana pada mulanya project kolaborasi antara penari berbasis di Jerman dan Indonesia ini terjadi?

Dari sekian banyak tarian klasik di Indonesia, kenapa kemudian tari Oleg Tamulilingan dipilih untuk project ini? 

Yuk simak keseruan kilas balik project kolaborasi Bee Dances di podcast ini! 

Di salah satu sudut ruang pameran BEA 2022 terdapat karya dengan media kombinasi tekstil dan daur ulang upakara. Karya instalasi fashion tersebut merupakan perwujudan dari kegelisahan Vita akan peranannya sebagai wanita Bali yang baru ia emban.

Yuk simak kelanjutannya!

Bangkit dari kematian? Mungkinkah? Percaya tidak percaya, Mathilde Lefort pernah mengalaminya.

Bincang-bincang kali ini tidak hanya tentang seni, tapi juga tentang pengalaman magis yang dialami Mathilde, seniman Prancis yang menetap di Bali.

Daripada penasaran, lebih baik simak kisahnya di episode ini!

Gita dan Krisna adalah sepasang kekasih di balik nama Bravesouls Art. Sejak setahun terakhir mereka berkolaborasi, mengekspresikan diri dalam goresan warna-warni lukisan abstrak.

Mari simak keseruannya di episode ini!

Dika Pratama mengilustrasikan hasil risetnya mengenai Soroh Prebali dalam media prasi pada permukaan box kayu yang terkunci. 

Siapakah yang disebut dengan Soroh Prebali? Apa yang menarik dari Soroh Prebali sehingga Dika terdorong untuk menelitinya?

Yuk temukan jawabannya di episode ini!

Di part 2 dari Seri BEA 2022 ini kita berkesempatan untuk mendengarkan sharing dari Vennawati dan Sakde Oka, 2 dari 13 seniman yang terpilih dalam Open Call BEA 2022. Keduanya memiliki kemiripan dalam hal kekaryaan, yaitu sama-sama mengeksplorasi medium tekstil. Vennawati dengan limbah kain perca dan Sakde Oka dengan sulamannya. Kenapa ya, mereka memilih untuk mengolah media tersebut? Ada cerita apa di baliknya? Yuk dengarkan dan temukan jawabannya!

Bali Emerging Artist (BEA) merupakan salah satu program tahunan yang diadakan oleh Sika Gallery. Untuk tahun ini, Pameran BEA diadakan pada tanggal 16 April hingga 31 Mei 2022 dan dikuratori oleh Savitri Sastrawan. Penasaran, bagaimana sih proses di balik layarnya? Bagaimana proses kurasi dengan metode open call itu? Atau, kalian mau tau suka dukanya menjadi kurator? Yuk simak sharing langsung dari sang kurator, Savitri Sastrawan!

Kolektif Black Menu menggandeng Agus Cupruk dan Gusti Dalem untuk merespon ruang baur seni Fraksi Epos dalam program "Ngejot" yang dikuratori oleh Made Susanta pada bulan Februari-Maret silam. Ada kisah apa di balik menu pameran yang mereka suguhkan di pameran tersebut? Yuk simak di podcast ini!

Siapa seniman di balik karya-karya instalasi yang eksentrik dalam pameran bertajuk "Tumpengan Instinct" di salah satu ruang hajatan seni Fraksi Epos? Dalam perbincangan kali ini kami berkenalan dengan sang seniman, Pinkygurl, dan menggali makna dari karya-karyanya yang unik. Di balik tampilan karyanya yang maskulin, "liar", dan berani itu ternyata ia menyelipkan doa-doa dan harapan untuk putrinya. Mari simak kisahnya disini!

Proses kuratorial Suksma Bali di "Ruang Baur Seni: Gotong Lorong" Fraksi Epos merupakan salah satu bagian yang menarik untuk digali lebih lanjut. Bersama salah satu perwakilan kolektif seni Suksma Bali yang bisa disebut saja "Mawar" dan kurator Vincent Chandra, kami berbincang tentang pengalaman mereka memanfaatkan ruang di Discovery Mall dalam pameran yang bertajuk "Galleri di Mall". Mari dengarkan perbincangan seru kami!