Dalam buku kedua Meditations, Marcus Aurelius membuka lembaran hari dengan kejujuran yang nyaris brutal. Ia tahu: hari ini ia akan bertemu dengan orang-orang yang menyebalkan, egois, suka pamer, tidak tahu diri. Dan ia tidak menolak kenyataan itu. Ia menerimanya. Inilah pelajaran tentang hidup bersama dunia yang tidak ideal—dan tetap menjadi pribadi yang tidak ikut tenggelam di dalamnya.
Buku ini adalah semacam "mantra pagi" seorang kaisar yang juga manusia—yang harus bangun, bernafas, menjalankan tanggung jawabnya, dan tetap menjaga ketenangan batinnya di tengah kekacauan luar. Marcus tidak sedang mengajari kita cara melarikan diri dari dunia, tapi justru cara berdiri tegak di dalamnya, tanpa kehilangan jati diri.
Ia mengingatkan kita bahwa orang-orang seperti itu berbuat demikian bukan karena jahat, tapi karena mereka belum benar-benar tahu apa itu kebaikan. Dan bahwa kita—yang tahu lebih baik—punya kewajiban untuk tidak ikut hanyut dalam keburukan mereka.
Book II adalah latihan mental untuk menjadi kuat tanpa menjadi keras, dan lembut tanpa menjadi lemah. Ia adalah pengingat bahwa kendali atas hidup kita bukan ditentukan oleh orang lain, tapi oleh pikiran dan sikap kita sendiri.
Selamat mendengarkan, dan semoga episode ini bisa jadi bahan bakar harianmu untuk tetap waras, bijak, dan manusiawi—meskipun dunia kadang tidak demikian.