Share Siniarkeo
Share to email
Share to Facebook
Share to X
Dalam memperingati hari Aksara sedunia, kami mencoba menyajikan obrolan ringan antara arkeologi dan filologi. Aksara kerap ditulis dalam petuah-petuah nenek moyang di dalam naskah dan manuskip kuno. Lalu bagaimana persinggungan ini dapat menyajikan cerita masa lampau yang lebih hidup? Serta bagaimana potensi penggunaan manuskrip kuno di Indonesia terhadap penelitian kepurbakalaan dan arkeologi? Mari dengarkan siaran akhir di musim ketiga Pujangga Para Raja!
Tentu semuanya gemar membicarakan makanan, tetapi apa jadinya jika arkeologi membicarakan makanan? Apakah benar manusia purba gemar memakan daging rendah lemak seperti yang ditiru masa modern sebagai paleodiet? Benarkah arkeologi dapat merinci jenis-jenis makanan yang dikonsumsi oleh nenek moyang kita? Sebagai ilmu yang membuak khazanah masa lampau, ternyata arkeologi sedikit demi sedikit mulai membicarakan tentang diet manusia purba, mari dengarkan siaran teranyar Kelana Rasa Purbakala!
Episode kali ini akan membicarakan sudut pandang arsitektur dalam arkeologi selain kerja pelestarian. Adapun arkeologi kerap membaca bangunan bangunan tua ini berdasarkan seni bangunannya. Lantas bagaimana perkembanhan ke depannya kedua ilmu ini? Bagaimana arsitektur dapat menjadi pisau analisis yang tajam dalam arkeologi? Mari dengarkan episode ke-13 bersama Ahmad Zuhdi Allam, salah satu asisten pengajar di Jurusan Arsitektur ITB.
Episode perdana musim ketiga dimulai dengan membicarakan sains dan ilmu pasti dalam arkeologi. Keduanya memiliki peranan penting dalam menjadikan arkeologi sebagai sebuah ilmu yang memproduksi pengetahuan. Terlebih ilmu pasti menjadi amunisi bagi arkeologi untuk memecah teka-teki yang tersimpan ribuan tahun lamanya pada artefak kuno. Mari dengarkan siaran perdana musim ketiga, Enigma Kebudayaan Materi!
Episode kali ini adalah episode spesial. Bukan karena telurnya didadar, tapi spesial karena episode ini berisi bincang-bincang dengan keluarga Siniar Arkeo. Bagaimana sejarah terbentuknya Siniar Arkeo? Siapa aja sih orang di balik Siniar Arkeo? Benarkah Buffon tidak pernah juara akibat kutukan Sulley Muntari?
Juni adalah Pride Month, yakni bulan yang merayakan keberagaman kelompok queer. Maka dari itu untuk merayakan, kami mencoba membuat episode spesial ini. Kendati telah ada dari tahun 90an awal, wacana queer archaeology belum pernah tersentuh atau dibicarakan dalam konteks arkeologi Indonesia . Untuk itu, jauh sebelum wacana queer dapat diterapkan tentu perlu satu proses diskusi. Sebagai titik awal kami mencoba untuk bekerja sama dengan Queer Indonesia Archive, sebagai platform yang bergerak di bidang pengarsipan khususnya arsip-arsip queer di Indonesia dari tahun 80, 90, 00-an.
Bersama Harits Paramasatya, selaku co-founder dari Queer Indonesia Archive kami mencoba memulai diskusi untuk membedah apa yang penting ketika arkeologi dan sejarah mencoba merepresentasikan kelompok queer melalui tinggalannya, serta bagaimana itu dapat membantu kelompok Queer di masa sekarang. Dalam episode ke-10 ini mari bersama-sama kita mendengarkan 'Geliat Kuasa Tubuh - Sejarah Pengalaman Queer untuk Diskursus Arkeologi'. Episode ini juga sekaligus menutup siaram musim kedua, terima kasih kontjokentel dan sampai jumpa !
Halo Kontjokentel, merayakan Hari Film Nasional (Padahal admin nggak tau ada Hari Film Nasional, tapi baru disuruh ngepost jadi tau) kami mencoba menyajikan diskusi tentang arsip visual. Tidak jarang arsip visual dapat berupa video, foto, litografi, dan lainnya. Arkeologi pun kerap kali menggunakan arsip visual sebagai salah satu data pendukung dalam merekonstruksi masa lampau, terutama pada kajian arkeologi sejarah. Pertanyaannya, apakah arsip visual tersebut benar-benar aman untuk digunakan? Apakah arsip tersebut benar-benar murni tidak mengandung kepentingan dalam proses produksinya? Bagaimana kemudian arkeologi dapat turut kritis dalam membedah wacana kolonial dalam arsip visual?
Bersama Luthfan Nur Rochman (Penggiat Film dan Kebudayaan, Forum Lenteng), mari kita membedah wacana dibalik arsip-arsip bergambar tersebut. Bagaimana arsip gambar tidak lepas dari kuasa dan politik, mengapa modus produksi dan persepsi perlu menjadi pertimbangan dalam menggunakan arsip bergambar, sampai bagaimana kita menggunakan arsip bergambar yang sudah sampai di tangan kita walaupun itu diproduksi oleh para kolonis. Mari langsung dengarkan episode ke-9 dengan judul ‘Tragedi Optika Berselubung Romansa – Diskursus Arsip Visual dalam Arkeologi’.
Halo Kontjokentel, setelah intrik beberapa member positif COVID-19 kini siaran dengan judul ‘Melepas Belenggu Kolonialisme – Sekelumit Masalah Inklusifitas di Museum’ berhasil kami garap. Pembicaraan mengenai masalah nasionalisme dan reduksi keberagaman di Indonesia menjadi dasar untuk diskursus inklusifitas pada museum di Indonesia. Jauh sebelum sudut pandang dekolonisasi diterapkan pada museum hal penting yang perlu dilakukan adalah mengubah mentalitas kolonial yang sudah mengakar di Indonesia. Pelibatan pemilik kebudayaan yang beragam juga menjadi tuntutan hari ini untuk direpresentasikan dalam narasi besar sebuah museum. Tentu semuanya akan dibicarakan pada siaran pembelajaran kali ini. Bersama Annissa Gultom yang memiliki jejak panjang sebagai kurator museum di Indonesia, Jakarta Biennale, dan juga terlibat penelitian arkeologi /antropologi. Kini Annissa sedang menjabat sebagai direktur museum Ras Al Khaimah (UAE). Selamat menikmati! Tetap sehat selalu kawan!
Halo, Siniar Arkeo kembali mengudara! Tidak terasa podcast ini sudah masuk episode ke-7. Episode kali ini 'Orang-orang di Tapal Batas - Arkeologi, Feminisme dan Permasalahan Gender' menitikberatkan pembicaraan mengenai arkeologi dalam membantu narası feminisme dalam meliberasi permasalahan gender yang sederhana. Mengapa arkeologi perlu menyuarakan keberagaman gender di masa lampau? Apa dampaknya bagi konstruksi gender di masa sekarang? Mari dengarkan garangnya episode kali ini bersama Ikhaputri Widiantini, pengajar dari Departemen Filsafat, Universitas Indonesia.
The podcast currently has 18 episodes available.