Servomechanism
Pernahkah Anda ingin melakukan sesuatu tapi tidak pernah terjadi? Misalnya ingin sehat, tetapi di hadapan Anda selalu makanan enak, berkolesterol, dan berlemak.
Ingin menabung, tetapi selalu ada saja penyebab uang keluar dari kantong.
Artinya, ada yang salah dari servo Anda, yaitu suatu proses loop tertutup untuk mengoreksi proses secara terus-menerus agar tetap dapat menuju ‘target’ yang telah ditetapkan.
Sebagai contoh, peluncuran peluru kendali menerapkan teknik servomechanism, yakni ketika target telah “dikunci” maka gerakan peluru yang mulai melenceng akan direvisi ulang sehingga kembali menuju arah semula.
Proses revisi ini berlangsung terus-menerus, sampai akhirnya peluru kendali tepat mengenai sasaran yang telah ditetapkan. Apa hubungannya dengan perilaku manusia? Sangat berhubungan erat!
Dr. Maxwell dalam buah karyanya Psychocybernetics yang menyoroti peran besar dari self-image dalam kesuksesan seseorang, memperkenalkan penggunaan istilah “servomechanism” ini untuk menggambarkan gerakan kecenderungan manusia.
Pada dasarnya dalam kehidupan ini, setiap orang bergerak dengan prinsip servomechanism alias terus-menerus melakukan koreksi hingga sesuatu yang digariskan terjadi. Proses koreksi ini berlangsung dengan melibatkan seluruh kesadaran holistik manusia—baik alam sadar maupun bawah sadar, conscious and unconscious.
Jika seseorang sudah “digariskan untuk sial”, apa pun yang terjadi, cepat atau perlahan tapi pasti, proses servomechanism akan menuntun orang tersebut untuk menuju kondisi sial ini tanpa bisa ditolak sama sekali.
Demikian juga jika seseorang sudah “digariskan untuk beruntung”, servomechanism ini dengan akan membawanya ke keadaan yang seharusnya, yaitu “beruntung”!
Semua yang akan kita alami dalam hidup ini, telah “digariskan”. Suka atau tidak suka, servomechanism akan membawa kita ke sana dengan cara yang sangat cerdas, bahkan dengan cara yang sering kali tidak terduga.
Jadi, kini menjadi lebih jelas! Jika suatu saat kita berkeinginan untuk mencapai sesuatu—yang biasanya adalah hal-hal yang indah dan menyenangkan—lalu ketika kita seakan-akan sudah semakin mendekati hal tersebut, tiba-tiba di bagian akhir semuanya berbelok 180 derajat. Jangan menyalahkan siapa pun karena servomechanism dalam diri kitalah yang bekerja.
Lho, kok bisa?
Artinya, hidup kita sudah digariskan. Dan, kita tidak akan dapat keluar dari garis ini. Apakah ini yang disebut dengan nasib, atau takdir, atau apapun istilah yang sejenis?
Tentu saja tidak! Pembahasan ini tidak ada sangkut-pautnya dengan nasib dan takdir. Yang jelas, sudah ada ahli tersendiri untuk membahasnya. Pembahasan di sini justru akan menyadarkan kita bahwa kita adalah pembuat “garis” yang dimaksud, jadi tentu saja kita pula yang dapat mengubahnya!
Jika Anda percaya dan berminat, tulisan berikut akan bermanfaat dan mungkin dapat memberdayakan hidup Anda! Namun, jika Anda termasuk dalam kelompok skeptis yang lebih “nyaman” dengan belief bahwa manusia hanya dapat “menerima” sesuatu yang sudah tidak dapat diubah lagi, tentu tulisan ini sama sekali tidak akan bermanfaat bagi Anda.
Bahkan, mungkin tulisan ini cenderung akan membuat Anda semakin tidak nyaman karena mungkin Anda akan menjadi lebih “berdaya”!
Ya, servomechanism akan menuntun seseorang untuk selalu mencapai sesuatu yang telah digariskan. Garisnya dibuat oleh sosok yang terdapat dalam diri setiap manusia, yang dikenal dengan nama self-image dan belief system.
Kita tidak akan pernah dapat lari dari self-image dan belief system kita sendiri. Dalam konteks praktis sehari-hari, apa pun yang kita peroleh dalam kehidupan ini hanyalah ekspresi dari seluruh kemampuan kita yang telah mencapai tingkatan unconcious competence atau keahlian bawah sadar.
Sebagai contoh, jika kita pernah mengalami kegagalan dalam satu aspek kehidupan, misalnya bisnis. Maka, kegagalan-kegagalan berikutnya akan cenderung untuk memperkuat self-image dan belief system kita, bahwa kita adalah ahli dalam