Share TJ. The Journey
Share to email
Share to Facebook
Share to X
By Nina 21
The podcast currently has 6 episodes available.
Podcast ini berisi cerita perjalanan hidup Yayan Hariyani, yang pernah bekerja sebagai Pekerja/Buruh Migran selama 10 tahun di Hong Kong, lalu memutuskan pulang ke tanah air, menikah dan mengembangkan sendiri usaha kuliner. Semangat dan optimisme membuka usaha menjadi modal awal yang sangat bernilai, demikian pengalaman Yayan, kendati topangan modal masih terbatas, dan di sisi lain modal ketrampilan juga masih dalam tahap pengembangan.
Poin pembelajaran penting lain dari pengalaman Yayan adalah, sembari menjalani tanggungjawab sebagai ibu rumah tangga, ternyata pihak suami ikut juga berpartisipasi dalam mengurus anak dan pekerjaan rumah tangga, artinya pihak suami berbagi beban kerja rumah tangga sehingga pihak perempuan tidak harus mengalami beban ganda (double burden). Dalam konteks ini, prinsip kemitraan dan kesetaraan gender yang berlangsung dalam rumah tangga Yayan patut diapresiasi dan diacungi jempol.
Yayan juga memaparkan nilai-nilai penting serta tantangan-tantangan yang dihadapi sebagai konsekuensi dari keputusannya meninggalkan pekerjaan sebagai pekerja/buruh migran dan menjadi wirausahawati (entrepreneur) sukses di kota Ponorogo, Jateng.
Bagaimana Yayan membangun usaha kulinernya? mari dengarkan ceritanya dalam podcast berikut ...
On the eve of Easter Sunday, I had a moment of conversation with Adam, a friend of mine, my classmate at YTCS seminary. Adam is now living in his hometown in Myanmar, working as a pastor and a lecturer at one theological school in Myanmar.
During the conversation, Adam shares the journey of his life living under the militarization context in Myanmar, also his reflection which he summarizes as “there are those who got back home, those who cannot get back home yet, and those who will never get back home”.
Adam’s sister is still under arrest and couldn’t get back home yet while this conversation is taking place!
Adam shares the significance of paying the price for freedom; it is not about a sacrifice but rather a value beyond sacrifice.
May God of Life and Justice grant Adam and people who suffer under the military dictatorship the true light of life and true just-peace!
Percakapan dengan Shandra Woworuntu, Founder & CEO Mentari Human Trafficking Survivor Empowerment Program; Shandra tercatat sebagai salah satu dari 100 warga Amerika keturunan Asia (Asian American) yang berpengaruh dalam konteks kebijakan publik di Amerika; seorang yang telah berjuang untuk membebaskan dirinya dari belenggu perdagangan manusia dan sekarang aktif sebagai pembela Hak Asasi Manusia khususnya hak-hak para penyintas (survivor) yang pernah menjadi korban perdagangan manusia.
Topik kali ini tentang "Bagaimana Mengelola Keberagaman dan Perbedaan" dan secara khusus menyoroti perjalanan dan situasi kehidupan warga Amerika keturunan Asia yang belakangan ini mengalami perlakuan kebencian, diskriminasi, dikenal juga sebagai "Hate Crimes" karena latarbelakang ras seseorang. Dalam pengertian lain, juga menyoroti situasi rasisme yang spektrumnya terjadi antara warga kulit putih dan kulit berwarna (people with color) tapi juga diantara warga yang kulit berwarna, yakni antara warga Amerika berlatarbelakang Afrika, Hispanik, Asia, dsb.
Mengapa di abad ke-21 ini masih sampai terjadi peristiwa Hate Crimes dan Rasisme ? Shandra akan memaparkan akar-akar penyebab terjadinya peristiwa kebencian dan rasisme tersebut, berangkat dari pengalaman kontekstual yang dialaminya. Tetapi juga menceritakan tentang bagaimana upaya dan daya resilien yang dimilikinya untuk bersuara dan memperjuangkan hak-hak kaum yang rentan dan tertindas karena identitas suku, ras, agama, gender yang berbeda.
Geliat demokrasi tidak cukup hanya diukur dari kehadiran parpol, para politikus atau wakil rakyat. Kehadiran wadah atau gerakan pembawa aspirasi warga masyarakat secara mandiri dari kelompok-kelompok masyarakat sipil sepatutnya diberi apresiasi dan ditopang. Apalagi ketika para politikus dan para wakil rakyat yang diharapkan menjadi model penegak nilai-nilai keadilan dan kesetaraan tetapi justru dalam realita hari ini malah menjadi pelanggar nilai-nilai tersebut.
Dalam hal ini, Podcast TJ melihat kehadiran Gerakan Perempuan Sulawesi Utara - dikenal juga sebagai GPS - dapat merefleksikan geliat dan denyut demokrasi tidak hanya di tingkat Propinsi Sulawesi Utara tapi juga diharapkan sampai ke tingkat nasional.
Ternyata kehadiran Gerakan (GPS) dilandasi oleh visi dan misi untuk mewujudkan kehidupan dan lingkungan yang bebas dari kekerasan, serta terwujudnya prinsip keadilan dan kesetaraan gender dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
Selain berkiprah untuk membela hak-hak ekonomi, sosial, budaya dan politik kaum termarjinalkan, saat ini GPS juga berupaya menyuarakan pengesahan RUU Penghapusan Kekerasan Seksual. Kiprah dan suara ini sesungguhnya adalah bagian konkrit dari realita berdemokrasi!
Dalam acara Hari Air Sedunia, World Water’s Day yang berlangsung secara virtual pada 22 Maret 2021, ada laporan dari badan PBB bahwa sekitar 45 % penduduk dunia mengalami kesulitan akses mendapatkan air bersih.
Nah…. Ini sepertinya wake up call ya buat kita: ternyata bumi kita sudah mulai kewalahan menyediakan sumber air bersih untuk dikonsumsi manusia. Pertanyaan yang mesti kita pikirkan sekarang: Bagaimana jika kita termasuk dalam bilangan 45% penduduk yang mengalami kesulitan akses air bersih tersebut? Bagaimana sampai bumi kita ini kewalahan menyediakan sumber air bersih bagi seluruh makhluk yang berdiam di bumi?
Saya kira inilah fungsi kenapa ada Hari Air Sedunia yang jatuh pada tgl 22 Maret: agar kita sebagai mahkluk di bumi ini diingatkan dan disadarkan bahwa “BUMI ITU PUNYA KETERBATASAN” dan manusia itu tidak bisa terus secara “taken for granted” menganggap bahwa AIR itu adalah urusan BUMI, bukan tanggungjawab dan urusan manusia.
Pada setiap tanggal 8 Maret, seluruh dunia pada saat ini mengenalnya sebagai Hari Perempuan Sedunia (HPS), atau The International Women’s Day. Tentu ada latarbelakang tersendiri kenapa sampai terlahir Hari Perempuan Sedunia. Bicara tentang HPS atau HPI ini sama halnya kita berbicara tentang perjalanan, yakni perjalanan tentang sejarah perjuangan kaum perempuan di dunia untuk mencapai kesetaraan dan keadilan gender.
The Journey of International Women's Day has been observed and celebrated for many years ... Let us all be the hope to achieve that gender justice and equality are possible!
The podcast currently has 6 episodes available.