Cabai merupakan salah satu komoditas penyebab inflasi nasional, terlebih di masa pandemi covid-19 karena control yang tidak terus menerus sehingga memperburuk kondisi cabai. Rantai pemasaran yang cukup panjang sedikitnya melibatkan lima stakeholder, mulai dari petani hingga ke tangan konsumen menjadikan tingginya risiko kerusakan cabai.
Diperlukan sistem penyimpanan skala kecil hingga skala menengah yang bisa digunakan oleh petani sebelum produk cabai mereka diangkut ke pasar induk. Menjawab persoalan klasik tersebut, sejak tahun 2017, Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian (Balitbangtan) melalui unit kerja Balai Besar Litbang Pascapanen (BB Pascapanen) telah mengembangkan teknologi proses penyimpanan berbiaya operasional rendah di tingkat primer (petani).
Generasi pertama mesin penyimpan tersebut, kata Prayudi, masih menggunakan aliran gas manual yang diatur setiap hari dengan kapasitas 20 kg. Hasilnya, umur simpan cabai keriting bisa tahan 4 - 5 minggu dengan kerusakan cukup minimal. Selain pengaturan suhu, unsur-unsur penting dikontrol dalam mesin tersebut, seperti kadar oksigen dan karbon dioksida di dalam mesin CAS. Episode kaali ini podcast pesona paspa akan kupas tuntas