Beberapa waktu lalu, kusempat mengajak salah seorang teman untuk bicara banyak hal. Dari mulai Anak Berkebutuhan Khusus, siasat tata cara penghidupan, mental illness yang makin menjamur di internet, prahara perabian duniawi, sampai aku yang masih yakin bahwa keresahan orang-orang dewasa ini terjadi sejak pandemi.
Namanya Nisa, perempuan nomadic yang percaya bahwa ketika meninggalkan suatu kota, ia tak akan kembali lagi. Sama sepertimu dan aku, ia resah pada hidup yang makin hari makin aneh saja, makin tak menemukan jodoh juga, sedang di sana orang-orang masih percaya diri merayakan pernikahan; melupakan kutipan “pernikahan adalah perangkap paling santun atas kebebasan”
Selain perdana menggunakan perkakas dengan konsep ala-ala yucuber gitchu, kuingin ngetes seberapa tampannya aku waktu disorot kamera sekaligus lighting yang lebih mirip pasar malem. So, sekali lagi jangan galak-galak padaku, im cancer boy!
Oh ya, tentu ada kisah penuh bawang darinya, yang sayangnya tak boleh kalian tahu.