Nama Budi Dalton tentu sudah tak asing lagi di telinga kita, sosok Budayawan Sunda satu ini sudah dikenal banyak orang di seantero negeri. Selain dikenal sebagai seorang Budayawan, pria yang bernama asli Budi Setiawan Garda Pandawa ini juga merupakan seorang dosen, aktor, host, dan juga musisi. Budi Dalton juga aktif di komunitas motor tua BROTHERHOOD 1% MC, dan tercatat pernah menjabat sebagai pucuk pimpinan tertinggi yaitu ‘El Presidente’ .

Bicara soal budaya dan adat istiadat, Budi Dalton pun termasuk salah satu orang yang concern terhadap keberlangsungan dan kelestarian nilai-nilai dari kebudayaan dan adat istiadat khususnya sunda.

Di balik sosok nya yang homoris dan selalu dianggap nyeleneh dengan selalu berpenampilan sangat iconik ini, Guar Budaya mencoba mengangkat sisi religius dan visioner dari sang juragan ‘Ngobat yang fenomenal di Media sosial tentang perspektifnya memandang isu Kebangsaan, Kasundaan dan Keber-Agama-an.

Host :

Kang Soni Sonjaya (Soni Bebek) @sonibebek

Narasumber :

Kang Budi Setiawan Garda Pandawa (Budi Dalton)

Pengiring Musik :

Kodel's N Balad @dedekodel

Didukung oleh :

Vintage Bandung @vintage_bandung

Abad ke-21 disebut sebagai abad pengetahuan, abad ekonomi berbasis pengetahuan, abad teknologi informasi, globalisasi, revolusi industri 4.0, dan sebagainya. Pada abad ini, terjadi perubahan yang sangat cepat dan sulit diprediksi dalam segala aspek kehidupan meliputi bidang ekonomi, transportasi, teknologi, komunikasi, informasi, dan lain lain.

Perubahan yang berlangsung sangat cepat ini dapat memberikan peluang jika dapat dimanfaatkan dengan baik, tetapi juga dapat menjadi bencana jika tidak diantisipasi secara sistematis, terstruktur, dan terukur.

Salah satu contoh dari perubahan yang sangat cepat ini adalah dalam bidang teknologi informasi, khususnya media sosial.

Belakangan media sosial ini telah dimanfaatkan oleh orang orang yang tidak bertanggung jawab untuk menyebarkan ujaran kebencian dan berita bohong (hoax).

Namun disisi yang lain peluang penguasaan terhadap teknologi yang dimanfaatkan secara baik akan memudahkan segala hal. Apalagi di tengah-tengah kondisi seperti yang terjadi dalam kondisi pandemi Covid keberadaan teknologi menjadi satu-satunya cara untuk menjalankan kegiatan dalam segala aspek kehidupan.

Host :

Kang Soni Sonjaya (Soni Bebek) @sonibebek

Narasumber :

Kang Dadan Sutisna (Pakar IT / Penulis / Redaktur Majalah Mangle)

Pengiring Musik :

Kodel's N Balad @dedekodel

Indonesia adalah negara kesatuan.

Negara yang menyatukan beraneka ragam kekuatan Suku, Agama, Ras dan Antar Golongan. Diantara Negara-negara Islam, indonesia termasuk negara yang menganut Islam mayoritas. Sudah terbayangkan jika saja para pendiri bangsa ini tidak berpikir visi kebangsaan, pastinya akan begitu banyak peristiwa intoleransi dan kesewenang-wenangan dari kaum mayoritas terhadap minoritas.

Sebetulnya bukan tidak ada permasalahan tentang itu, akan tetapi kalau dibandingkaan dengan negara lain, Indonesia termasuk negara yang paling terdepan bisa menjaga toleransi antar umat beragama, suku, ras dan antar golongan.

Prestasi ini tidak bisa hanya diukur dari keberhasilan pemerintah saja, akan tetapi ada peran dari gerakan kelompok Masyarakat yang memiliki jiwa Nasionalismenya tinggi yang mengedepankan kepentingan bersama daripada menuruti egoisme kemayoritasannya.

Satu diantara kelompok masyaraakat yang mencintai Toleransi dan Perdamaian; melakukaan Dialog dan Studi Agama-agama; mengawal Kebebasan Beragama dan Berkeyakinan; memperjuangkan Keadilan Gender dan seabreg aktifitas lainnya itu adalah narsumber kita kali ini Kang Ajengan Wawan Wg.

Host :

Kang Soni Sonjaya (Soni Bebek) @sonibebek

Narasumber :

Kang Wawan Gunawan (Sekretaris LAKPESDAM PWNU Jawa Barat)

Indonesia adalah salah satu Negara Islam terbesar di Dunia yang mempunyai corak tersendiri. Keberagaman suku dan budaya menjadi khazanah tersendiri yang membedakan dengan negara islam lainnya, bahkan dari negara dimana Islam pertama kali berkembang.

Perbedaan yang ketara bukan dari sudut pandang idiologi dan ketauhidan, tapi dari proses pemaknaan Islam dan pembumisasiannya.

Misalnya tradisi Lebaran Iedul Fitri. Bah Zouma banyak sekali memotret kebiasaan lebaran Iedul fitri yang berkembang di Indonesia, seperti apa saja pepernikan lebaran di Indonesia? Langsung saja kita ngobrol dengan narsum kita

Host :

Kang Soni Sonjaya (Soni Bebek) @sonibebek

Narasumber :

Abdullah Alawi (Abah Zouma)

Pengiring Musik :

Kodel's N Balad @dedekodel

Didukung oleh :

Vintage Bandung @vintage_bandung

Pasal / episode yang ke-14 saat ini Spesial Boboran / Lebaran (Idul Fitri 1442 Hijriah)

Akan membahas sekelumit tentang awal mula munculna program Guar Budaya #GuarBudaya

Selamat menonton, wilujeng ngaguar sambil leleson dan tak lupa kami dari seluruh Tim & Crew Guar Budaya mengucapkan Taqobbalallohu minna ma winkum, Ja'alanallohu wa iyyakum Minal'aidin wal faizin wal maqbulin wafi kulli 'amin wa antum bikhoir, Mohon Maaf dan Hapunten Samudaya kalepatan lahir batin.

Host :

Kang Dede Kodel @dedekodel

Narasumber :

1. Kang Soni Sonjaya (Soni Bebek) @sonibebek

2. Kang Dadan Madani (Produser Guar Budaya)

Pengiring Musik :

Kodel's N Balad @dedekodel

Didukung oleh :

- Vintage Bandung @vintage_bandung

- Halte Bako @haltebako_official

- Bang Aji Arabian Kebab @bangaji_arabiankebab_bdg

Banyak cerita di sekeliling kita yang menegasikan bahwa Tasawuf itu salah satu disiplin keilmuan dalam Islam yang tingkat nya paling tinggi. Bahkan sering dijadikan panyaraman yang berkembang di pondok Pesantren bahwa tasaawuf hanya boleh di alap ilmunya ketika sudah usia manjing setelah belajar ilmu fiqh dan ilmu islam lainnya.

Sangat berbeda dengan konsep ngalaf Ilmu Tasawuf menurut Narsum Guar Budaya kali ini, belajar ilmu Tasawuf begitu gampang dan sederhana, bahkan tidak harus menunggu manjing waktu untuk mempraktekkaannya.

Dalam poin dua Al-qowaid Sab,ah (tujuh Strategi Kebudayaan Lesbumi) Pendidikan Sufisme menjadi salah satu strategi model pengajaran yang harus diterapkan dikalangan sekolah dan Pondok Pesantren.

Artinya pendidikan tasawuf sudah harus diterapkan sejak usia yang masih muda, bahkan Barangkali pendidikan sufisme menjadi salah satu jawaban dari konsep Pendidikan Karakter yang digadang oleh pemerintah

Host :

Soni Bebek @sonibebek

Narasumber :

Dr. H. Bambang Qomaruzzaman, M.Ag. (Bambang Q Annes)

Pengiring Musik :

Kodel N' Balads @dedekodel

Didukung oleh :

- Vintage Bandung @vintage_bandung

- Halte Bako @haltebako_official

- Bang Aji Arabian Kebab @bangaji_arabiankebab_bdg

Banyak cerita inspiratif di sekeliling kita yang menegasikan tentang orang kampung bau lisung jucung jadi pangagung. Menjadi Presiden, pejabat teras suatu perusahan dan atau menjadi pejabat di lembaga pemerintahan.

Menjadi inspiratif karena kampung/Desa sering di tafsirkan sebagai satu daerah dengan segala keterbatasan. Terbatas dari segala pasilitas yang mendukung warganya untuk hidup berkemajuan. Pendidikan Agamalah yang menguatkan warga Desa agar bisa menjalankan kehidupan sehari-harinya dengan penuh kebersahajaaan. Tak salah peribahasa orang Tua dulu yang mengatakan bahwa, “ Lembur mah pabinihan Agama”.

Kalau ditarik pada era tahun 60-an dimana terjadi Polemik Kebudayaan, fungsi Lembur atau Pedesaan adalah objek dari strategi pengembangan pendidikan agama ( Pondok Pesantren) yang dilarang berkemang di perkotaan, yang padahal menurut Dr Soetomo Pesantren adalah satu-satunya corak asli produk pendidikan khas bumi putera yang harus di seret ke kota dalam pengembangannya, Maka wajar kalau banyak peribahasa yang muncul dan menjadi proto type orang kampung mah kuuleun dan tidak modern.

Bagi sebagian tokoh anak bangsa Keterbatasan tidak menjadi alasan untuk bangkit, bahkaan semangat juang begitu tinggi ketika hidup dibawah tekanan.

Seperti Sosok inspiratif kali ini seoraang tokoh yang lahir di suatu kaampung Tasik pelosok yang menjadi pejabat nomor satu di intsansi PT KAI.

Kang Haji Dadan Rudiansyah

Host :

Soni Bebek @sonibebek

Narasumber :

H. Dadan Rudiansyah ( Dierektur Bisnis PT KAI @Kereta Api Kita )

Baru episode 11 harapan untuk mengundang nara sumber perempuan bisa terlaksana, setelah 10 episode Guar Budaya mengangkat dan ngaguar luka liku dari 10 laki-laki untuk berbagi ilmu, pengalaman dan wejangan.

Kendatipun yang diundang kali ini perempuan, tapi nuansa Guar Budaya tetap tidak akan beranjak dari originalitasnya, tidak akan ujug-ujug jadi feminim tetap akan menjadi maskulin dan berheureuy ria.

Terlahir dari leluhur yang berkewarganegaraan keturunan, perempuan yang hadir kali ini adalah seorang perempuan sociopreneur dan actris pemeran Ibu Inggit Garnasih. Selain itu beliau berkecimpung di banyak kegiatan kemasyarakatan, seperti pernah menjadi :

Penyiar RRI Bogor (1994 - 1947)

Host Sindo Trijaya FM Bandung (2014 - 2015)

Event Planner & Content Provider (sekarang)

Owner CV. Cemara Bintang Utama (sekarang)

Konsultan Pariwisata (sekarang)

Konsultan Pengembangan Desa Wisata (sekarang)

Konsultan Jasa Pengelolaan Lingkungan (sekarang)

Konsultan Pemberdayaan Masyarakat (sekarang)

Konsultan Tani Rukun Berdikari (sekarang)

Sosok inspiratif kali ini tidak bisa lepas dari kreatifitas dan gagasannya mengangkat sisi lain perempuan yang tidak bisa hanya menjadi peran pengelola dapur rumah tangga akan tetapi membuktikan bahwa perempuan punya peran lebih menyokong kaum lelaki dalam kiprah membangun anak negeri.

Perempuan itu adalah Lely Mei

Host :

Soni Bebek @sonibebek

Narasumber :

Teh Lely Mei (sang Sociopreneur)

Pengiring Musik :

Kodel N' Balads @dedekodel