Pernahkah Anda mengabaikan sesuatu, lalu kemudian Anda merasa menyesal karenanya? Mungkin itu adalah nasihat dari pasangan Anda, orang tua Anda, anak Anda, atau dari rekan pelayanan Anda? Seorang bernama William Penn pernah mengatakan: "Saya berharap melalui kehidupan ini satu kali saja. Agar ada kebaikan yang dapat saya tunjukkan atau saya lakukan pada orang lain, biarkan saya melakukannya sekarang, dan jangan menunda atau mengabaikannya karena saya tidak akan melalui jalan ini lagi.

Setiap orang pasti pernah mengalami sakit, entah secara fisik maupun batin. Rasa sakit dan penderitaan merupakan bagian dari kehidupan kita di dunia ini. Namun, seseorang pernah berkata: "Dunia ini penuh dengan penderitaan, tapi juga penuh dengan cara mengatasinya." Orang itu bernama Helen Keller.

Kadang kita menemukan orang yang berusaha menunjukkan bahwa dirinya kuat. Orang ini tidak mau dikalahkan. Ia akan melakukan segala cara untuk menang dalam segala hal, termasuk dalam perdebatan. Ia tidak segan-segan menyerang, menghina, menyakiti orang lain yang merendahkannya. Benarkah orang itu bisa dikatakan kuat?

Pernahkah Anda merasa bersalah? Mengapa kita membutuhkan rasa bersalah? Apa yang Anda rasakan saat bersalah? Dapatkah kita menebus rasa bersalah kita?

Pernahkah Anda merasa disalah mengerti? Atau, pernahkah orang tidak memahami apa yang Anda katakan? Kadang kita merasa dari sudut pandang kita, kita sudah mengkomunikasikannya dengan jelas. Orang lain yang gagal mengerti. Benarkah demikian? Atau jangan-jangan, diri kitalah yang kurang sungguh-sungguh berupaya menyimak dan memahami orang lain?

Seorang ibu selalu mengatakan pada anaknya yang berusia 2,5 tahun ketika menangis, "Siapa yang nakal?" Ibu tadi tidak menyadari bahwa pertanyaan yang diulang-ulang terhadap anaknya ini akan tertanam di dalam alam bawah sadarnya. Saat ia mengalami hal yang tidak menyenangkan, ia selalu akan menyalahkan orang lain yang membuatnya demikian. Ia akan menjadi manusia yang tidak mau mengambil tanggung jawab atas hidupnya sendiri. Dengan kata lain, mengasihani dirinya sendiri.

"Ah, saya belum siap", "Bagaimana kalau gagal?", "Saya tidak bisa". Pikiran-pikiran seperti ini membuat kita tidak berani melangkah melakukan hal-hal yang baru. Sadarkah Anda, bahwa 20 tahun dari sekarang Anda bisa lebih kecewa atas hal-hal yang tidak Anda lakukan daripada yang Anda lakukan? Jadi, buang ketakutan Anda. Miliki visi dan jalanilah visi Anda!

Setiap saat manusia dewasa memiliki kecenderungan menilai sesamanya, entah itu positif maupun negatif. Namun sadarkah Anda, saat kita menilai orang lain, saat itu juga kita menutup dan membatasi persepsi kita terhadap orang itu? Mother Theresa pernah mengatakan, "Jika Anda menilai orang, Anda tidak punya waktu untuk mencintai mereka."

Kita tidak dapat mengendalikan apa yang orang lain katakan kepada kita, tetapi kita selalu dapat memiliki kendali atas apa yang kita lakukan. Pikiran yang salah akan menuntun pada sikap dan emosi yang salah, sedangkan pikiran yang benar akan menuntun kita pada sikap dan emosi yang benar. Apa yang kerap kita pikirkan? Sudahkah yang kita pikirkan berkenan di hadapan Tuhan?

Tidak ada kesuksesan terjadi tiba-tiba. Biasanya orang harus melalui banyak kegagalan sampai ia berhasil mencapai kesuksesan. Kuncinya adalah kita tahu apa yang mau kita capai, apa tujuan hidup kita, bukan pada berapa banyak kegagalan yang kita alami, tetapi seberapa gigih kita bangkit dan meraih tujuan hidup kita.