Hari ini saya ingin mengajak Anda baca buku lagi, 爸爸的衣服好臭Baju Ayah Bau!
Seorang ibu sedang memasukkan pakaian kotor ke dalam mesin cuci ketika putrinya
Mama, jangan campur baju Ayah ya?
Sang ibu terkejut dan bertanya,
Kenapa tidak boleh dicuci bersama, sayang?
Anak itu menjawab dengan raut wajah tidak suka,
Baju Ayah bau… Aku tidak mau bajuku dicuci bersama baju Ayah.
Ibu tidak langsung menjawab. Ia mengambil baju suaminya dan mengajak anaknya duduk di ruang tamu. Kemudian, ia meletakkan baju itu di atas meja, lalu pergi ke dapur.
Tak lama kemudian, ibu kembali dengan sepiring pisang goreng kesukaan anaknya. Ia juga mengeluarkan selembar uang seribu dari sakunya dan meletakkannya di meja.
Ibu mengambil baju ayah dan menyerahkannya kepada anaknya.
Coba cium baunya, bagaimana? Kamu suka?
Anak itu bingung, tapi tetap menurut. Ia mendekatkan hidungnya ke baju ayah, lalu buru-buru menjauh sambil mengernyitkan hidung.
Ibu tersenyum, mengambil garpu, dan menusuk satu potong pisang goreng.
Kalau ini? Coba cium dan makan. Bagaimana rasanya? Suka?
Anak itu menggigit pisang goreng, lalu tersenyum senang.
Wangi, enak sekali! Aku suka!
Ibu kemudian mengambil uang seribu dan memberikannya kepada anaknya.
Kalau ini? Coba pegang, cium baunya. Suka?
Anak itu menerima uang dengan mata berbinar.
Ini uang jajan buatku? Baunya seperti tinta… Tidak enak, tapi aku suka!
Ibu tersenyum dan bertanya,
Kenapa suka, padahal baunya tidak enak?
Karena dengan uang ini, aku bisa beli makanan enak dan barang-barang yang aku suka!
Ibu lalu mengambil kembali baju ayah dan berkata,
Jadi, baju ayah bau, kamu tidak suka. Tapi pisang goreng enak, uang bisa membeli barang kesukaanmu, jadi kamu suka. Begitu?
Anak itu mengangguk tanpa berpikir panjang.
Ibu kemudian menatap anaknya dalam-dalam dan berkata dengan suara lembut, Sayang, kalau kamu tidak suka baju ayah yang bau ini, maka kamu juga tidak pantas menikmati pisang goreng lezat dan uang jajan ini.
Semua ini—makanan yang kamu makan, uang yang kamu belanjakan, pakaian bersih yang kamu kenakan—semuanya berasal dari kerja keras ayah. Bau yang kamu cium di bajunya
adalah keringat perjuangannya. Itu adalah tanda betapa kerasnya ia bekerja setiap hari demi keluarganya.
Jika kamu hanya mengeluh karena baunya, tapi tidak bisa melihat usaha di baliknya, bagaimana kamu bisa menikmati hasil kerja keras ayah?
Anak itu mulai terdiam, menunduk.
Ibu tersenyum dan mengelus kepala anaknya.
Sayang, hidup ini bukan hanya soal menerima. Kamu harus belajar untuk menghargai dan berkontribusi. Jika kamu tidak suka mencuci baju ayah, mulai sekarang kamu cuci sendiri
bajumu. Karena dengan begitu, kamu akan tahu bahwa di balik pakaian bersih, ada kerja keras seseorang yang mencucinya. Di balik makanan lezat, ada orang yang bekerja keras untuk membelinya. Di balik uang yang kamu belanjakan, ada orang yang mengorbankan waktunya untuk mencarinya.