Bacabuku 讀書會 渺小一生 A Little Life II
A Little Life
作者:柳原漢雅(Hanya Yanagihara) Selamat datang di acara Jurnal Maria Sukamto歡迎收聽瑪麗亞週記, Mari bacabuku kembali, masih ingatkah dua pekan lalu saya telah memperkenalkan episode pertama dari sebuah buku yang super tebal, ditulis oleh Hanya Yanagihara. Judul bukunya A little life, sudah diterjemahkan ke dalam bahasa mandarin. Buku novel tentang kehidupan yang penuh suka dan duka.
Banyak netizen mengatakan seumur hidupmu jangan lewatkan membaca buku novel yang ditulis warga AS Hanya Yanagihara keturunan Jepang pada Maret 2015. Mengapa? Dan bagi siapa saja? Itu adalah faktor penyangga viralnya buku ini dan mungkin kita terutama para Jmers sendiri juga ingin tahu. Tetapi mungkin juga jawabannya ada di buku ini dan perlu dikaji oleh masing-masing pembaca. Dan untuk yang satu ini saya tidak bisa memberikan kesimpulan pribadi.
Nah, hari ini kita lanjutkan membaca buku ini. Seperti bagian di halaman 136.
Di halaman 136 buku ini dituliskan “Kita bisa menjalin hubungan yang paling dekat atau intim, tetapi apakah bisa tanpa perlu mengetahui masa lalu satu sama lain?” “Justru harus memanfaatkan saat masalah ini masih hangat, jika tidak selamanya tidak bisa didiskusikan. Saya pasti akan mengajarimu bagaimana caranya membicarakan hal ini, sebab semakin kau ulur-ulur waktunya, semakin lama akan semakin sulit kau buka pembicaraannya, dan hal-hal tersebut akan membusuk di dalam dasar hatimu, dan kau akan selalu menyalahkan diri sendiri. Tentu ini adalah tindakan yang tidak benar, tetapi kau akan terus berpikir ke arah itu.
Banyak orang menangis membaca buku ini, buku A Little Life yang diterbitkan pada tahun 2015, ditulis oleh pengarang Hanya Yanagihara warga AS keturunan Jepang, buku ini adalah buku cerita panjang ke dua yang ditulisnya.
nah mari kita Simak hasil dialog editor majalah Vogue Megan O’Grady dengan penulisnya Hanya Yanagihara, mereka memberitahu mengapa harus pernah membaca buku ini.
Hanya Yanagihara dibesarkan di Hawaii, pada tahun 90 an ia kuliah di
Smith College dan kemudian pindah ke New York.
Ia mengatakan : Salah satu sisi dari kedewasaan adalah mencari orang yang mengerti diri kita. Persahabatan adalah salah satu hubungan relasi yang paling berharga, tetapi relasi ini jarang dipandang serius atau bahkan dirayakan, dan tidak pernah dirayakan dalam suatu pesta. Seperti teman akrab saya sendiri, saya tidak menikah, tidak punya anak. Saya menulis buku ini dikarenakan oleh keinginan saya untuk menghormati gaya hidup kita di zaman sekarang, ketika kehidupan sudah tidak lagi menuruti aturan main konvensional, maka akan berubah menjadi seperti apa?
Seperti tokoh dalam buku Jude, tokoh tragis dalam buku yang sangat berkarisma ketika menjadi sorotan utama, cerita ini menjadi seperti selembar kain yang dicelup ke pewarna yang makin lama makin kelam warnanya, dan memberikan gambaran warna yang padat. Jude sebagai pengacara yang sangat bertalenta, bagi teman akrab nya, ia masih tetap seperti sebuah misteri, seperti halnya dengan penyebab mengapa ia pincang. Satu persatu misteri terkuak, membuat pembaca berdebar-debar.
Salah satu nuansa lain, di mana Jude sangat sedih karena tidak sengaja memecahkan barang sangat berharga dari dosennya. Untuk itu dosennya memberikan secara kertas melipur kesedihannya. Kertas itu menuliskan “ Barang apapun kalau sudah rusak, kehidupan kita akan membimbing kta mencari suatu solusi untuk mengantisipasi kerugian itu, kadang bahkan dengan cara yang mengejutkan tapi menyenangkan.” Apakah frasa ini benar terjadi atas diri Jude, menjadi suatu sumber pahit tapi indah dalam cerita buku ini. Dan buku ini dengan lembut dan indah membantah tradisi budaya yang sudah ada. Dengan bertambahnya usia, hal-hal tentang isu rasial, gender, profesi atau pun uang, semua mulai pudar. Tapi masalahnya yang tertinggal itu apa saja?” apa titik maksimal dari swa-kreasi? Apakah sahabat akan menolong kita? Hanya Yanagihara memikirkan karakter tokoh bukunya sampai bertahun-tahun, dan hasilnya adalah munculnya sebuah ikatan keintiman persahabatan yang luar biasa. Sifat yang paling kentara ada pada tokoh JB, ambisi keseniannya telah menciptakan perilaku penghianat atas diri JB. Hanya Yanagihara mengakui ia telah mengabaikan beberapa kali hubungan percintaan, karena ia terlalu terobses pada status politik. Tetapi dengan bertambahnya usia, bagaimana kita mematokkan perbedaan atas diri kita, baik itu hal-hal tentang isu rasial, gender, profesi atau pun uang, semua benar-benar mulai pudar. Dan tinggal sebuah masalah, apa yang tersisa dalam dirimu?
Penulis wanita yang mulai mempunyai tempat dalam dunia sastra seperti Eleanor Catton dengan bukunya The Luminaries, dan juga Donnna Tartt dengan bukunya The Goldfinch, sempat merajai dunia penerbitan, dan begitu pula dengan penulis wanita dari buku ini, Hanya Yanagiraha di awal mula, diminta oleh penerbit mengurangi sepertiga dari isi bukunya yang dianggap terlalu tebal, tetapi ditolak. Hanya Yanagihara menyadarkan kita semua, tidak semua hal itu selalu harus begitu, dan tidak bisa didobrak, demikian pula bukan semua luka bisa sembuh. Ia mengutip frasa dari penulis sajak Louise Glück “Di masa kecil kita melihat dunia ini sekali saja, dan sisanya adalah memori.” Hanya Yanagihara mengatakan kita semua di masa kanak-kanak bisa bertahan hidup di atas dunia ini, dan sisanya hanya tinggal cara mengantisipasi saja.
Cerita di Jurnal Maria 2 pekan lalu: Di mulai dari kisah 4 mahasiswa setelah lulus mengadu nasib ke New York, William yang tampan dan berhati baik berniat menjadi seorang aktor, sedangkan JB sang pelukis bersifat cerdik, terkadang kejam, berusaha keras untuk mendapatkan nama dalam dunia seni, lalu Malcolm yang sering ragu-raju bekerja di sebuah perusahaan bangunan yang ternama, dan tokoh utama dalam buku A Little Life yang bersifat pendiam, tertutup tapi sangat bertalenta yaitu Jude mempunyai citra penuh misteri. Ke 4 lulusan universitas ini tidak punya uang, menghadapi masa depan dengan penuh kebimbangan, mereka bertahan mengandalkan jalinan persahabatan dan juga ambisi sebagai cita-cita.
Puluhan tahun berlalu sudah, ke 4 sahabat ini dari pemuda memasuki masa paruh baya, mereka sudah mempunyai status sosial dalam bidang masing-masing. Tetapi misteri tentang Jude masih belum terkuak, pada saat jalinan persahabatan ke 4 orang ini semakin stabil dan juga rentan, misteri ini mulai terkuak perlahan-lahan. Jude adalah orang yang paling berkarakter, bertalenta dari ke 4 sahabat, meskipun tidak ada yang tahu asal usulnya, dan mengapa ia pincang, masa lalu sebelum masa kuliah, sungguh sebuah kertas kosong, tidak ada yang tahu. Dan mulai terkuak secara jitu oleh tarian pena sang penulis.
Tampaknya Jude selalu dirundung trauma dan pengalaman masa kecil, apa yang telah terjadi dan orang-orang yang muncul di masa lalunya telah memengaruhi karakternya, begitu pula bagaimana ia melihat dan berperan dalam dunia ini. Secara permukaan, Jude adalah seorang pengacara yang lihai, meskipun tampak damai sejahtera, tetapi setiap malam, ketika ia masuk ke kamar mandi, ia mengeluarkan kantung plastik yang direkatkan di dasar tabung air toilet, ia mengambil ke luar kapas, silet dan kapas beralkohol dan perban. Di antara perasaan terbius dan sakit, ia tidak pernah bercerita atau mendiskusikannya. Menyebabkan sahabatnya William, JB, Malcolm, dan pasangan Harold dan Julia yang kemudian mengadopsinya, juga termasuk dokter Andy semua tidak bisa berbuat apa-apa.
“Kalau kau terbangun di tengah malam, dan ingin melukai diri sendiri, aku ingin kau ganti tindakan itu dengan menelpon aku, aku tidak peduli itu jam berapa, pokoknya kau harus menelpon ku ok?”
“Maafkan, aku selalu ingin menceritakannya padamu suatu saat, akan kubeberkan semua, tetapi tidak berkesempatan, karena aku takut kau akan menutup diri dan tidak mau bicara denganku lagi.” Ketika awan hitam mulai menyelubunginya, ketika ia dikepung oleh binatang buas yang berdiam di benaknya, suara-suara negatif ini mulai menyerangnya, semakin ribut, semakin membuatnya tidak bisa keluar dari trauma masa lalu, walau ia bersikeras untuk menjadi orang yang lebih baik, lebih bersih, tetapi ia tidak bisa melawan itu semua. Dan hanya dengan menyakiti diri sendiri, ia baru merasa mendapatkan pengampunan, dan begitulah sayatan luka itu menjadi garis batas dan kendala antara Jude dengan sahabat karibnya. Apakah cinta itu bersyarat? Bagaimana baru bisa jadi orang yang patut dicintai?
Di halaman 858 : “Ia berjanji kepada dirinya sendiri, setiap hari mencari sebuah alasan baru untuk hidup terus. Ada alasan yang begitu sepele, seperti aroma yang dia sukai, musik yang ia sukai, lukisan yang dia sukai, bangunan, opera dan buku-buku yang ia sukai, tempat yang ingin dikunjungi, baik itu kunjungan kesekian kali atau pertama kalinya. Ada alasan yang memang dipaksakan untuk menjadi tanggung jawab agar ia bisa tetap hidup terus. Karena William mengharapkannya hidup terus. Maka ia tetap hidup terus.
A Little Life mungkin sesuai dengan pandangan Jude atas hidupnya, juga mungkin kehidupan kita semua, manusia itu begitu kecil, rentan, begitu disentuh bisa saja pecah, tetapi kehidupan itu tidak rentan, walau penuh suka duka,walau ketika hidup ini menghilang, menjadi debu, tetapi kalau mengetahui bahwa cinta itu sederhana, dan tidak lagi takut kehilangan.
Buku ini sangat sarat dengan cinta kasih, tidak hanya merasakan persahabatan ke 4 tokoh itu, dewasa ini buku yang menceritakan persahabatan antara sesama lelaki tidak banyak, bahkan sedikit sekali. Itulah mungkin buku a Little Life menjadi viral dan disukai. Karena zaman sudah berubah....
Terima kasih telah bersama-sama saya di Jurnal Maria. Sampai jumpa!