Melalui narasi-lah manusia mencerna dunia. Dalam arsitektur, narasi adalah alat untuk mengkotakkan sepotong dunia, meraba problematika di dalamnya, lalu mengupasnya menjadi bentuk-bentuk yang dipahami.
.
Namun narasi dalam arsitektur tidak berdiri sendiri. Ia terkait dengan tindakan produksi yang di dalamnya selalu tersirat pertanyaan, misalnya: untuk apa sesuatu kita buat? Mengapa kita menyukai (atau tidak menyukai) suatu hal? Apa pengaruh yang telah atau akan disebabkannya dari waktu ke waktu?
.
Seluruh proses dan produk arsitektur mengandung narasi, hingga Beatriz Colomina mengatakan bahwa “arsitektur, lebih dari sekadar membangun, merupakan tindakan interpretasi. Ia memiliki kondisi linguistik ... saat mekanisme retoris dan prinsip-prinsipnya tersibak.”
.
Interpretasi arsitektural disebarkan melalui banyak sekali medium—buku, majalah, jurnal, presentasi, pameran, maket, foto maupun caption-nya, sketsa, diagram, render, gambar kerja. Bagaimanakah narasi dibangun dan dibaca dalam praktik berarsitektur kita?
Presentasi oleh Dinda Mundakir
Ilustrasi oleh Gagas Firas Silmi