Sejak awal, sejarah dan status penggabungan Papua ke dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia penuh kontroversi. Kisah tiga tokoh yang mencoba mengintegrasikan Papua pasca-kemerdekaan Indonesia–Silas Papare, Marthen Indey, dan Frans Kaisiepo–mencerminkan problematika tersebut. Bagi Jakarta, ketiganya adalah pahlawan nasional. Bagi para pemimpin suku dan adat Papua, mereka adalah penjual tanah Papua.
Indonesia menganggap Papua bagian dari Indonesia, namun tidak demikian bagi sebagian orang Papua. Ada semacam nasionalisme ganda dalam jiwa orang Papua. Meski begitu, pemerintah tidak bisa menggeneralisasi apalagi memaksakan nasionalisme dan modernitas untuk orang Papua. Mereka tak boleh dianggap berkhianat hanya karena memiliki pandangan berbeda tentang paham kebangsaan.
Pemerintah mungkin merasa sudah banyak bekerja untuk Papua, tapi tidak menyadari bahwa tolok ukur yang kerap dipakai adalah parameter Jakarta, bukan ukuran masyarakat Papua. Pembangunan infrastruktur masif tak bisa mengobati luka dan perasaan tertindas orang Papua. Setelah enam dekade bergabung dengan Indonesia, bumi cendrawasih nyatanya masih bergejolak.
- - -
Edisi khusus kemerdekaan tentang tiga tokoh Papua bisa dibaca di majalah.tempo.co
Kunjungi https://s.id/spesialmerdeka untuk mendapat diskon berlangganan Tempo Digital Premium selama setahun.
Powered by Firstory Hosting