Format yang layu sebelum mekar, MiniDisc Sony ( Part 2 )
Dilansir dari Substack.com yang menyatakan bahwa Sony telah berhasil terlepas dari kerugian besar untuk pembayaran royalti atas kaset, yang menjadi sukses besar sejak pertama kali diperkenalkan pada tahun 1960-an, maka terjadilah sebuah tarik-ulur yang cukup panjang antar kedua merek yang dikenal sebagai ujung tanduk perkembangan teknologi digital pada masa itu. kali ini Sony punya ambisi lebih besar dalam menjadi raja dari dunia Audio, maka mereka harus bertindak cepat.
Raksasa teknologi Jepang memutuskan untuk mencoba sesuatu yang sama sekali berbeda, dengan memanfaatkan teknologi magneto optical ( MO ) - pada dasarnya adalah sebuah piringan yang dapat ditulis/rekam berulang kali, awalnya teknologi ini hanya dikembangkan untuk penyimpanan data dan perekaman arsip. tanpa tedeng aling-aling lahirlah MiniDisc : kartrid kecil kokoh yang mampu menyimpan rekaman audio selama 74 menit. MD menggunakan sistem kompresi yang dikenal sebagai ATRAC ( Adaptive Transform Acoustic Coding ), yang memungkinkan untuk memasukkan format musik digital berkualitas tinggi ke dalam format yang lebih kecil dan ringkas. MD dikenal sebagai perangkat portabel dengan mobilitas tinggi, tangguh dan sempurna untuk dijadikan sebagai alat perekam, sebuah produk yang dirilis dengan teknologi sangat modern pada masa itu.
Ketika pertama kali dirilis di Jepang pada tahun 1992, banyak orang optimis bahwa ini adalah sebuah awal yang baru dalam dunia audio, namun tidak seluruh dunia, banyak yang mengatakan bahwa perangkat ini adalah sebuah perangkat yang luar biasa mahal, terlebih fungsinya hanya untuk mendengarkan lagu saja. tidak semua orang punya persepsi yang sama terkait hal ini. Sony MZ-1 MiniDisc yang dipercaya sebagai abah dari MD dilengkapi dengan dua versi perangkat, yaitu versi lite yang menawarkan playback only dan versi perangkat Recordable selama 74 menit, baterai Lithium dengan durasi yang dapat dipakai hingga 70 menit menjadi sebuah perangkat yang sangat lihai pada masa itu, namun barang lihai punya harga yang lihai juga, MZ-1 dibanderol dengan harga 79.800 Yen atau setara dengan 650 USD pada saat itu.
Harga mungkin menjadi sebuah parameter penting bagi pasar untuk distribusinya, Sony sendiri mengklasterkan produk ini sebagai perangkat yang wajib untuk dimiliki para penggemar musik dengan usia yang relatif muda dan aktif. namun ada sebuah masalah yang cukup krusial, MZ-1 MD recorder harganya di pasar lebih dari 750 USD, belum ditambah pembelian baterai tambahan, softcase, dan berbagai aksesoris lainnya. begitupun juga dengan versi playbacknya itu pun jauh dari kata murah. artinya perangkat yang dapat merekam lagu itu dijual lebih mahal dan butuh kabel optik khusus. belum lagi MiniDisc kosong yang juga harga jual per satuannya lebih mahal daripada CD maupun kaset.
Target Audiens Sony untuk MD adalah mahasiswa dan profesional muda yang notabene cukup terbebani dalam membeli perangkat dengan harga yang nyaris mirip dengan satu bulan gaji. tidak mampu beli menjadi pernyataan yang paling sering terdengar terkait MD, selain itu konsumen yang lebih senior dan memiliki budget pun tidak merasakan manfaatnya untuk beralih dari CD yang sudah mereka miliki saat ini, dan bahkan tahun 90-an harga CD serta perangkat pengeras suara yang cukup banting harga setiap tahunnya.
Teknologi kompres ATRAC yang dipelopori oleh MD memang sangat inovatif, rilisan perdana dari MD kurang begitu optimal, para komunitas Audiophile sebagai kelompok yang paling banyak berinvestasi dan menghabiskan banyak uang demi mencari teknologi audio yang tiada tara nampaknya tidak terkesan dengan kompresi ATRAC. CD akan terdengar lebih baik pada perangkat salon kelas atas dan penggunaan kompresi ATRAC akan merusak reputasi serta kualitas suara yang telah mereka miliki, intinya untuk apa beli sebuah perangkat yang mahal tapi tidak membuat perangkat pengeras suara di rumah menjadi lebih jos. meskipun Sony telah merilis berbagai versi untuk memperbaiki kualitas ATRAC untuk model-model selanjutnya, namun orang-orang tersebut tidak akan kembali lagi, nasi sudah menjadi bubur.
~ Rekam kapanpun dan dimanapun.
Pada saat harga MD menurun, perangkat CD burner sebagai alat penggandaan CD mulai beredar di pasar. perangkat ini lebih murah, cepat dan lebih serbaguna, sehingga pengguna dapat membuat CD mix mereka sendiri dengan kapasitas yang lebih besar, semakin besar semakin murah pula. CD kosong juga jauh lebih murah pada saat itu maka dari itu MD mulai banyak ditinggal oleh pasar gegara harganya yang masih lebih tinggi ketimbang CD kosong dengan kapasitas digital yang lebih banyak.
Teknologi baru tentu akan dengan cepat meninggalkan teknologi yang obsolete, setelah CD burner mulai menjadi tren pasar, saat itu juga pemutar CD portabel dan pemutar MP3 digital booming dalam kurun waktu yang sangat singkat, dengan jejak yang lebih kecil dan lebih murah ketimbang apa yang ada di pasar pada saat itu. kemajuan ini membuat MD berkurang daya tariknya, dengan dalih bahwa pemutar CD dan MP3 mudah dibawa kemana saja terlebih dengan kombinasi antara CD burner dan MIX CD yang memiliki puluhan lagu atau bahkan ratusan lagu dalam satu keping CD saja. harga yang murah, mudah dibawa kemana saja, ratusan lagu dalam satu keping menjadi poin-poin kemenangan untuk CD dan MP3, MiniDisc perlahan sulit bertanding dengan pasar gegara kondisi ini, terlupakan dan tersudutkan.
~ Musik Digital mengubah segalanya
Bahkan ketika Sony merilis perangkat MiniDisc yang lebih ramping dan canggih, dunia memilih untuk berpaling dari benda ini. mata dunia lebih berfokus pada sesuatu yang lebih besar lagi, perubahan jenis format audio pada saat itu terfokus kepada musik digital. platform seperti Napster bahkan menyediakan MP3 secara gratis, stik pemutar MP3 yang kecil lagi mungil itu menjadi favorit pasar dalam mendengarkan lagu. Sony juga mencoba untuk beradaptasi dengan memperkenalkan pemutar MiniDisc yang kompatibel dengan MP3, namun semuanya sudah terlambat. saat itu, musik digital telah sepenuhnya berubah, dan cara orang mengkonsumsi audio telah membuat data analog sudah semakin dijauhkan oleh pasar.
Meskipun MiniDisc mengalami kesulitan untuk membuat dunia tertarik, namun di dalam negeri banyak penggemar setia MD terlebih untuk generasi muda dan profesional yang menyukai daya tahan dan kemudahannya untuk merekam, melihat pasar ini Sony terus menyempurnakan teknologinya, model-model rilisan selanjutnya bahkan menjadi lebih kecil dan lebih efisien. bahkan kompresi ATRAC yang tidak disukai oleh komunitas Audiophile telah naik kelas secara signifikan. namun tidak ada satupun inovasi ini yang dapat menandingi dominasi pasar MP3 dan format digital lainnya. waktu berlalu hingga tahun 2010, Sony resmi berhenti memproduksi dan melakukan riset terhadap teknologi ini. meski demikian, MD menjadi sebuah contoh menarik terkait bagaimana teknologi brilian sekalipun dapat gagal apabila tidak selaras dengan keinginan pasar. Sony memiliki ide yang luar biasa, daya tahan tinggi, kemampuan rekam yang cepat ditambah dengan portabilitas tinggi, ini adalah fitur yang sangat inovatif pada masanya dan berpikiran maju. meski demikian, MiniDisc memiliki tempat duduk khusus dalam sejarah teknologi, lebih sekedar dari sebuah perangkat pemutar musik, MD adalah sebuah simbol yang menekankan sebuah keberanian dan ambisinya dalam mengenyangkan perut konsumen.