Rentang perhatian manusia di zaman sekarang dan TikTok ( Part 3 )
lagu-lagu di zaman sekarang yang ternyata memiliki durasi yang lebih pendek ketimbang dua dekade yang lalu. pengaruh konsentrasi manusia di zaman sekarang ternyata juga sudah merubah cara manusia mendengarkan lagu, para penulis lagu ternama juga sudah mengubah cara mereka untuk menuliskan sebuah lagu. dimana tatanan lagu yang dulunya memiliki sebuah konsep keseluruhan secara utuh, misal : intro, verse, Chorus, Interlude, Ending, DLL. namun ketika para pendengar sudah merasa cepat bosan dan ingin langsung mendengarkan bagian yang lebih hype dan klimaks membuat sebuah tren baru di zaman sekarang.
Ketika bagan lagu sudah tidak lagi memiliki intro yang panjang, bagan yang sudah dihilangkan demi menghilangkan rasa bosan sebelum menuju ke bagian yang lebih klimaks menjadi sebuah kiblat dalam menuliskan lagu-lagu ternama di zaman ini. tidak heran apabila orang di zaman sekarang merasa lagu sepanjang 4 menit menjadi lagu yang sangat panjang dan susah untuk dicerna.
Dilansir dari Statista.com yang menyatakan semakin pendek lagunya, semakin manis pula jumlah streamnya, rata-rata lagu yang dirilis di Spotify pada tahun 2020 dengan durasi 3 menit 17 detik, hanya dua detik lebih lama dibandingkan dengan lagu-lagu dari tahun 1930-an. Menurut data dari UCLA yang mengatakan bahwa hal ini merupakan bukti adanya tren yang berkembang untuk memperpendek durasi lagu mulai dari tahun 1990.
Menganalisa kumpulan data dari 160.000 lagu yang diambil dari Spotify API, para peneliti sampai pada kesimpulan bahwa lagu-lagu yang dirilis pada tahun 1990 memiliki rata-rata durasi sebanyak 4 menit 19 detik, terutama pada lagu terpanjang yang mencapai posisi teratas di dalam tangga lagu arustama seperti Billboard Hot 100 selama beberapa dekade terakhir. peringkat yang dikalahkan oleh lagu Taylor Swift “ All Too Well “ ( Versi 10 menit ) pada tahun 2021.
Analisa umum terkait mengapa lagu menjadi lebih pendek terbukti tidak meyakinkan sejauh ini meski keterbatasan teknis sebelum munculnya solusi perekaman dan pemutaran digital. selain itu juga ketersediaan jumlah kapasitas data pada Vinyl, biaya material untuk rekaman pada pita kaset, DLL. secara gamblang pada paruh pertama abad ke 20 sebagian dapat menjadi penyebab durasi lagu yang agak pendek, namun sebaliknya di era 21 sebetulnya tidak memiliki batasan seperti ini, teknologi perekaman di dalam studio dan cara menikmati musik bagi kebanyakan orang yang sudah mengadopsi teknologi digital akan mempermudah struktur lagu menjadi lebih rumit dan panjang. namun pada fakta di lapangan justru berkata sebaliknya.
Para peneliti di UCLA berspekulasi bahwa rentang perhatian pendengar musik yang telah menurun tahun demi tahun, dengan begitu banyak saluran hiburan yang tersedia untuk dikonsumsi manusia, ketika pengguna lebih banyak melewatkan lagu di layanan streaming pilihan mereka, algoritma yang mendasari justru dapat mempromosikan lagu yang lebih pendek untuk didengarkan secara utuh agar penonton tetap terlibat, merekomendasikannya kepada pendengar yang lebih luas di seluruh dunia. meskipun teori ini masih belum pasti, namun pasar industri musik saat ini sangatlah besar. data di tahun 2020 menunjukkan bahwa pendapatan sebanyak 13.4 miliar USD dan rekor penjualan musik secara fisik hanya sebesar 5.4 miliar USD, angka ini memainkan peran besar dalam perkembangan musik di era 21 dan ini adalah sebuah market yang menjanjikan.
Secara pribadi, susah bagi kita untuk menonton film secara keseluruhan lagi terlebih menonton dengan film yang memiliki tempo penceritaan skenario yang terkesan lambat dan tidak fantastis. mengapa hal ini terjadi ? Reel Instagram dapat memberikan sebuah emosi yang sama dalam jangka waktu yang lebih singkat. dan ini benar-benar dirancang agar dapat menjadi solusi yang cepat lagi sempurna.
Pernahkah anda mendengarkan bahwa orang di zaman sekarang yang sudah mulai menggunakan kecepatan 1.5 kali lipat lebih cepat untuk menonton sebuah film, podcast, dokumenter, DLL. faktanya terdapat 50% pengguna yang disurvei oleh TikTok mengatakan bahwa video yang berdurasi lebih dari satu menit itu “ membuat stress “. sebetulnya bukan durasi sebuah video yang menjadi perkara, lebih tepatnya adalah rentang perhatian kita yang menyusut. inilah yang disebut sebagai TikTok Brain sebagai konsep yang cukup baru, belum ada banyak penelitian ilmiah terkait perkara ini, namun sudah lama diketahui bahwa penggunaan media sosial berdampak negatif terhadap kinerja otak manusia yang pengaruh riilnya adalah defisit perhatian.
Dilansir dari Oxford Blue yang menyatakan bahwa para peneliti dari Technical University of Denmark melakukan sebuah penelitian yang berjudul “ Accelerating Dynamics of Collective Attention “ yang menunjukkan adanya penurunan perhatian yang signifikan, dari waktu ke waktu karena “ peningkatan produksi dan konsumsi konten “. mereka menemukan bahwa hastag pada tahun 2013 bertahan di posisi teratas selama 17.5 jam, namun di tahun 2016 hashtag trend terkini hanya bertahan di posisi teratas selama 11.9 jam saja.
Media berdurasi singkat membuat kita bertindak seperti anak kecil yang sedang berada di dalam toko permen, siapa yang bisa menyalahkan kita ? ini adalah sifat manusia, media yang langsung menerpa perhatian kita akan secara bergiliran untuk menyita lebih banyak perhatian, semakin banyak perhatian yang kita berikan maka akan semakin tinggi juga kadar dopamine di dalam otak yang mampu memberikan rasa kepuasan. model yang digunakan oleh para peneliti di perusahaan media sosial bekerja secara optimal dan sukses, berhasil memangsa cara kerja otak kita. Jebakan yang sangat menghibur.