Mengikut Tuhan adalah jalan yang benar-benar sepi. Artinya, sangat sedikit orang yang mau ikut di jalan Tuhan. Seperti restoran yang tidak laku, tidak ada yang mau makan di sana, sepi. Jadi, kalau kita sekarang serius mencari Tuhan dalam doa bersama setiap pagi, doa pribadi, doa puasa, ibadah raya di hari Minggu, ibadah tengah minggu, dan kegiatan lain, ternyata tidak banyak orang yang ikut. Dari sekian puluh juta orang Kristen di Indonesia, baik yang di dalam maupun di luar negeri, berapa banyak yang ikut doa? Baik doa melalui Truth.id atau doa dengan hamba Tuhan lain melalui kanal yang berbeda. Berapa ribu? Kalau boleh jujur, mungkin sangat sedikit.
Berapa banyak orang yang tekun untuk belajar firman Tuhan? Tekun, artinya bukan sekadar mendengar, melainkan mau belajar dan mengerti rahasia firman Tuhan. Berapa banyak orang yang sungguh-sungguh mau hidup kudus sesuai dengan kekudusan dan kesucian Allah? Berapa banyak orang yang mau sungguh-sungguh mengikuti jejak Tuhan Yesus, benar-benar mau menghidupkan Yesus di dalam hidupnya hari ini, untuk benar-benar menjadi berkenan di hadapan Allah, menyenangkan hati Tuhan, menjadi anak kesukaan Tuhan? Tidak banyak. Bahkan sejujurnya, hampir tidak ada.
Kalau hanya orang Kristen yang datang—dan rajin—ke gereja, banyak sekali. Masih cukup banyak. Namun, yang benar-benar mau hidup kudus tak bercacat tak bercela, sempurna seperti Bapa, serupa dengan Yesus, yang mengenakan dan menghidupkan hidup Yesus di dalam dirinya, tentu jumlahnya tidak banyak. Itulah sebabnya Firman Tuhan mengatakan, “Berjuanglah untuk masuk melalui pintu yang sesak itu! Sebab Aku berkata kepadamu: Banyak orang akan berusaha untuk masuk, tetapi tidak akan dapat.” Jalan yang sesak, jalan yang sempit, sedikit orang yang mau masuk dan berjalan di dalamnya. Sungguh, ini jalan yang sepi.
Kita akan merasakan, mengalami dan melihat jalan yang sepi ini, ketika kita mulai sungguh-sungguh. Kalau tidak sungguh-sungguh, maka kita tidak akan pernah mengerti. Namun, ketika kita sungguh-sungguh mau hidup suci, sungguh-sungguh mempersiapkan diri pulang ke surga, berkemas-kemas, sungguh-sungguh mempersembahkan hidup untuk melayani Tuhan, memperhatikan jiwa-jiwa yang terhilang, memperhatikan mereka yang menderita dan mengangkat mereka yang menderita; baru kita tahu, betapa hampir tidak ada orang yang bersama dengan kita. Bahkan kemudian kita malah mendapat aniaya, tekanan, bullying, fitnah. Sampai kita menjadi bingung, “Mengapa jadi begini?” Namun, di situlah jalan yang benar dalam mengiring Tuhan.
Kita harus setia dengan integritas yang tinggi, bahwa kita mau tetap setia di jalan yang sepi ini. Di restoran yang tidak ramai pengunjungnya, tetapi di ujung jalan kita menemukan padang hijau yang tidak bertepi. Kita menemukan Kerajaan Surga. Sungguh, hal inilah yang dikehendaki oleh Tuhan. Kiranya renungan ini akan memberikan inspirasi-inspirasi rohani yang kuat, yang mengubah hidup kita. Kalau kita tekun dan selalu mendengar nasihat-nasihat Tuhan, dengan tentu dalam pimpinan Roh Kudus, maka tidak mungkin hidup kita tidak berubah. Memang tidak ada yang instan, karena semua memerlukan proses.
Bertekunlah! Satu, dua, tiga, empat, lima, enam tahun pasti kita berubah. Kemudian, kita lanjutkan persekutuan kita ini nanti di kekekalan, di Rumah Bapa. Sebelum matahari terbit kita sudah datang kepada Bapa di surga dan menikmati terbitnya kehadiran Bapa di dalam kehidupan kita. Jadi, tetaplah setia. Berintegritaslah di jalan sepi ini. Jangan terbawa oleh tawaran dunia yang kelihatannya menyenangkan, tetapi sejatinya berakhir pada kesengsaraan.
Kita harus setia dengan integritas yang tinggi,
bahwa kita mau tetap setia di jalan yang sepi ini.