Tokopedia punya misi besar mengurangi ketimpangan kesempatan bagi pedagang/pengusaha/konsumen di Indonesia. Penting bagi semua insan talenta untuk percaya pada “DNA” perusahaan yang direfleksikan melalui contoh-contoh positif karena pengalaman merupakan pembelajaran yang lebih penting daripada sekedar kerangka teoritis. Di samping itu, keterbukaan dan komunikasi yang baik kepada karyawan merupakan kunci utama dalam suksesnya suatu perusahaan.

Jarang disorot media, co-founder Tokopedia yang akrab dipanggil Leon bercerita tentang musisi idola sampai ketertarikan pada game yang membuatnya terpanggil untuk mendalami ilmu dan memulai bisnis berbasis teknologi. Di episode ini kita belajar bahwa panjangnya usia sebuah organisasi tidak hanya bergantung pada etos kerja dan kepemimpinan, tapi juga pada kesetiaan pada sebuah misi jangka panjang.

Indonesia pernah menjadi rute akademi di zaman Sriwijaya (abad ke-7) serta lokus proyeksi soft dan hard power di zaman Majapahit (abad ke-14). Di abad-21, sudah saatnya bagi Indonesia untuk mempunyai narasi subtil yang memadukan penguatan substansi pada akar budaya dan strategi kemasan yang mengglobal. Sehingga, kejayaan masa lampau bisa dihidupkan kembali oleh generasi saat ini melalui konten-konten yang substansial dan mendidik. Dian berharap, Indonesia 2045 bisa menjadi negara yang kuat dalam memproyeksikan soft power seperti Korea Selatan.

Membangun kecintaan terhadap Indonesia bisa diproyeksikan melalui soft power seperti penguasaan Bahasa Inggris sebagai bahasa internasional, penguasaan teknologi, serta role modeling tokoh-tokoh Indonesia untuk menghidupkan kembali konsep Indonesian Dream dan memperkuat identitas keindonesiaan. Sebagai seorang filmmaker, Dian bercita-cita untuk terus bisa mendokumentasikan narasi keindonesiaan seperti gotong royong dan toleransi dalam bentuk film atau cerita-cerita yang membumi dan menyentuh hati masyarakat Indonesia. 

Sejak kecil Dian sudah diberi kebebasan untuk menentukan pilihan seperti menentukan sekolah yang ia inginkan. Kebebasan tersebut turut membentuk pribadi Dian menjadi seorang risk taker yang selalu ingin keluar dari zona nyaman dan tidak ragu untuk melakukan pivot. Kuliah S1 jurusan Hukum kemudian pindah ke jurusan Filsafat, dan melanjutkan S2 jurusan Ekonomi adalah transformasi akademis yang Dian lakukan untuk mencapai goal-nya. Di samping itu, keberhasilan Dian di dunia film tak lepas dari keberanian untuk terus belajar hal-hal baru demi menambah pengetahuan dan mengasah potensinya. Bagi Dian, menyatukan idealisme, kreativitas, dan prinsip bisnis adalah hal penting yang harus dijadikan pertimbangan dalam mengambil keputusan.

Pengalaman Khofifah di dunia politik membuatnya sadar bahwa menyuarakan kesetaraan gender tidaklah mudah. Perlu adanya kesadaran dan  kerja sama berbagai pihak untuk memahami isu-isu perempuan terutama isu kekerasan terhadap perempuan serta kesenjangan akses perempuan terhadap informasi. Di samping itu, Khofifah berpendapat bahwa peran teknologi berbasis internet sangatlah penting untuk meningkatkan kesejahteraan sosial melalui e-platforms yang menawarkan transparansi dan juga efisiensi.

Nilai-nilai kepemimpinan yang sudah teraktualisasi sejak kecil membentuk Khofifah menjadi seorang yang melawan status quo. Hal ini ditunjukkan dengan pengalamannya sebagai mahasiswa pertama yang diizinkan berjilbab di kampusnya, juga pengalamannya di bidang politik sebagai anggota DPR, ketua parpol, dan Menteri Pemberdayaan Perempuan. Bagi Khofifah, peran perempuan di bidang politik sangatlah penting untuk merawat good governance dan clean government.

Gaya dan performa kepemimpinan Khofifah sudah dibentuk sejak kecil melalui hobinya mendaki gunung dan keaktifannya di komunitas “barzanji” (pengajian rutin) di kampungnya. Bagi Khofifah, cara efektif membentuk performa kepemimpinan adalah dengan learning by doing. Konsep learning by doing tersebut ia terapkan dalam konteks sosial melalui pengorganisasian kegiatan perayaan keagamaan serta kegiatan lomba-lomba yang diadakan di sekolah. Dari kegiatan tersebut, Khofifah dapat mengaplikasikan prinsip gotong royong melalui proses komunikasi, manajemen, dan sikap saling menghargai. Bagi Khofifah, nilai gotong royong adalah bagian terpenting dari kepemimpinan.

Dari dulu kita sering disebut sebagai negara yang memiliki banyak potensi. Kini sudah saatnya kita beraktualisasi agar potensi tersebut berbuah daya saing dan kesejahteraan, dimulai dari lebih banyak kepemimpinan manajerial di lingkup kebijakan kesehatan dan pemaksimalan talenta R&D (Penelitian dan Pengembangan) lewat fasilitas dan anggaran yang lebih memadai.

Pemberdayaan teknologi dan pemikiran strategis berperan vital dalam proses pembuatan kebijakan. Menurut Nadhira, kebijakan publik harus mencakup dua hal: ketepatan (appropriateness) dan pemerataan (equality). Ketepatan adalah bagaimana kebijakan bisa memberi dampak positif bagi masyarakat. Sedang pemerataan artinya akses luas pada informasi pengetahuan dan sumber daya. Dua hal tersebut memacu Nadhira memulai misi kedua untuk memeratakan akses pendidikan melalui platform digital AyoBlajar yang diharapkan mampu memberi dampak positif khususnya bagi anak-anak Indonesia di luar Jawa.