NTUST dan Taiwan Fertilizer Perkuat Kolaborasi: Dorong Talenta Global di Teknologi Tinggi, Ekonomi Sirkular, dan Energi Bersih
NTUST bekerja sama dengan Taiwan Fertilizer untuk memperdalam kolaborasi industri dan akademik yang berfokus pada sektor teknologi tinggi, ekonomi sirkular, dan energi bersih. Mereka juga memperluas pengembangan "Kebijakan Baru ke Arah Selatan" dengan menawarkan program khusus, beasiswa, kerjasama penelitian dengan universitas mitra, serta peluang magang dan pekerjaan. Program ini telah diikuti oleh seorang mahasiswi asal Indonesia dari jurusan teknik kimia untuk melanjutkan studi langsung ke jenjang S2, yang juga berencana akan mendaftar ke program doktor setelah lulus.
NTUST menjelaskan bahwa kolaborasi dengan Taiwan Fertilizer mencakup kerjasama industri dan akademik dengan universitas mitra di negara-negara “Kebijakan Baru ke Arah Selatan”, program pengembangan khusus, serta beasiswa tahunan yang diberikan oleh Taiwan Fertilizer untuk mahasiswa dari negara-negara tersebut. Selain itu, penelitian bersama dengan universitas mitra juga akan mendapatkan tambahan subsidi dana.
Taiwan Fertilizer juga menyediakan kesempatan magang dan pekerjaan setelah lulus bagi mahasiswa NTUST, membangun kolaborasi yang komprehensif dan saling menguntungkan di sektor industri dan akademik.
Rektor NTUST Yan Jia-yu, menyatakan bahwa kolaborasi ini dapat mempercepat penerapan hasil penelitian akademik ke dalam nilai industri. Ia berharap kerja sama ini dapat menghasilkan talenta unggul dengan pengetahuan lintas bidang dan keterampilan praktis, serta menarik mahasiswa berkualitas dari negara-negara “Kebijakan Baru ke Arah Selatan”.
Mahasiswi Indonesia dari jurusan teknik kimia, Wu Zi-xuan (吳姿璇), yang menerima beasiswa Taiwan Fertilizer tahun ini, awalnya terdaftar dalam program gelar ganda untuk jenjang sarjana dan melanjutkan ke program magister berkat beasiswa tersebut. Wu menyatakan bahwa beasiswa Taiwan Fertilizer tidak hanya memberikan dukungan finansial, tetapi juga menambah semangat belajarnya, sehingga ia memutuskan untuk melanjutkan pendidikan magister di NTUST. Ia merasa bahwa beasiswa ini memotivasinya untuk meraih prestasi yang lebih baik. Ke depannya, ia juga berencana melanjutkan studi doktoral.
NTUST juga menambahkan bahwa Taiwan Fertilizer dalam beberapa tahun terakhir telah berinvestasi pada energi bersih, seperti penggunaan amonia cair sebagai bahan bakar alternatif pengurangan karbon, serta secara aktif melaksanakan proyek ESG dan pengurangan karbon. Selain itu, Taiwan Fertilizer berperan penting dalam mendukung lokalitas rantai pasokan industri semikonduktor melalui produksi, pemurnian, dan pemanfaatan ulang amonia cair elektronik, asam fosfat, asam nitrat, dan asam sulfat. Fakultas teknik, manajemen, serta ilmu elektronik dan komputer NTUST juga memiliki sumber daya penelitian unggul dan dapat bekerja sama dengan perusahaan alumni dalam penelitian.
40 Ahli Gempa dari 10 Negara Berkumpul di Taiwan untuk Meningkatkan Kemampuan Penanggulangan Bencana
Taiwan sering mengalami gempa bumi, dan bencana besar di masa lalu telah memunculkan kesadaran kolektif dalam penanggulangan bencana. Pada 29 Oktober, Pusat Teknologi Penanggulangan Bencana Nasional mengundang 40 ahli gempa dari 10 negara untuk bersama-sama membahas bagaimana teknologi baru dapat meningkatkan ketahanan penanggulangan bencana, serta memperkuat kemampuan global dalam menghadapi bencana gempa bumi melalui kerja sama lintas negara dan lintas disiplin.
Pusat Teknologi Penanggulangan Bencana mengadakan "Pelatihan Kepemimpinan Internasional untuk Penanggulangan Bencana Generasi Baru 2024: Teknologi Cerdas dan Manajemen Risiko Gempa" di Taipei, di mana 40 ahli dan akademisi dari 10 negara berkumpul untuk berbagi pengalaman di bidang manajemen risiko gempa.
Li Wang-long, Kepala Divisi Pengembangan Pendidikan Sains dan Kerja Sama Internasional di Dewan Sains dan Teknologi Nasional (NSTC) mengungkapkan bahwa tahun ini adalah peringatan 25 tahun Gempa Bumi Jiji 921. Mengingat bencana besar yang terjadi, masyarakat Taiwan semakin menyadari pentingnya risiko gempa. NSTV juga telah berinvestasi dalam penelitian dan aplikasi. Mereka akan menggabungkan inovasi teknologi dengan manajemen risiko gempa untuk memperkuat sistem peringatan dini, meningkatkan sistem penanggulangan bencana, dan membantu meningkatkan ketahanan terhadap gempa.
Direktur Pusat Teknologi Penanggulangan Bencana Nasional, Chen Hong-yu (陳宏宇), menjelaskan bahwa sejak 2005, dengan dukungan NSTC, mereka terus mengadakan berbagai kegiatan pertukaran internasional mengenai penanggulangan bencana, dengan lebih dari 500 peserta dari berbagai bidang, termasuk lembaga pemerintah, organisasi non-profit, akademisi, dan profesional penanggulangan bencana. Acara kali ini berfokus pada isu manajemen risiko gempa, mengumpulkan pengetahuan profesional internasional untuk lebih meningkatkan kemampuan global dalam menghadapi bencana gempa.
Peserta kali ini berasal dari negara-negara di Asia Tenggara, Asia Selatan, dan Asia Barat, termasuk CFE-DM AS, Komisi Ketahanan Nasional Filipina, Institut Penelitian Ilmu dan Teknologi Penanggulangan Bencana Jepang (NIED), serta BMKG Indonesia. Pusat Teknologi Penanggulangan Bencana Nasional berharap kegiatan ini dapat mempromosikan kerjasama lintas disiplin dan lintas negara, mendorong pertukaran antara sektor publik dan swasta, akademisi, serta lembaga penanggulangan bencana untuk bersama-sama mengurangi risiko bencana gempa dan membangun masyarakat yang lebih aman dan tangguh.
Pertemuan Industri Tekstil Taiwan-Indonesia Pertama Digelar, Asosiasi Tekstil Indonesia dan Taiwan Mencari Kesempatan Kerja Sama
Indonesia telah menjadi basis produksi industri serat tekstil kedua yang dipilih oleh Taiwan setelah Vietnam. Pada 29 Oktober 2024, Asosiasi Tekstil Taiwan dan Asosiasi Pertekstilan Indonesia bersama-sama menyelenggarakan "Konferensi Industri Tekstil Taiwan-Indonesia" yang pertama di Bandung, Indonesia. Kedua belah pihak saling bertukar teknologi inovatif, pembangunan berkelanjutan, tenaga kerja, air, listrik, perlindungan lingkungan dan undang-undang serta kondisi lainnya yang mungkin dihadapi pengusaha Taiwan ketika berinvestasi di Indonesia, melakukan diskusi praktis serta kemungkinan kerja sama di masa depan.
Kepala Asosiasi Tekstil Taiwan, James Kuo (郭紹儀) menyampaikan, bahwa Indonesia adalah negara dengan perekonomian penting di Asia Tenggara dan menunjukkan potensi yang kuat, khususnya di industri tekstil. Promosi rencana “Indonesia 4.0” telah mendorong pesatnya perkembangan industri tekstil menuju otomatisasi dan digitalisasi. Ditambah dengan keunggulan biaya tenaga kerja di Indonesia, angkatan kerja muda, dan boomingnya pasar permintaan dalam negeri, menjadi alasan utama untuk menarik investasi asing.
Menurut data, sejak tahun 1990 hingga 2023, akumulasi investasi Taiwan di Indonesia telah melebihi US$5,2 miliar, 12% di antaranya berasal dari industri tekstil. Tahun lalu, investasi industri tekstil Taiwan di Indonesia bahkan mencapai 21% dari seluruh investasi.
Taiwan Tengah Membantu Lokasi Perkemahan untuk Memperoleh Sertifikasi Legal
Lebih dari NT$7 juta (US$218.045) akan dibelanjakan pada tahun 2024 untuk membantu tempat perkemahan di Nantou memperoleh sertifikasi legal.
Sekretaris Jenderal Pemerintah Daerah Nantou Hung Jui-chih (洪瑞智) mengatakan pada hari Selasa (29 Oktober) bahwa hingga bulan Agustus, lebih dari 400 tempat perkemahan beroperasi di daerah tersebut, menurut CNA. Namun, menurut departemen pariwisata daerah tersebut, hanya 12 yang memenuhi persyaratan legal.
Lebih dari 20 tempat perkemahan lainnya telah diberikan izin penggunaan lahan, meskipun mereka belum menerima sertifikasi tanah dan air serta izin lain yang diperlukan.
Hung mengatakan bahwa untuk meningkatkan kondisi industri berkemah dan rekreasi di Nantou, pemerintah daerah telah mengalokasikan subsidi sebesar NT$3 juta untuk membantu operator tempat perkemahan memperoleh sertifikasi legal. Ini merupakan tambahan dari subsidi sebesar NT$4 juta yang telah diberikan pemerintah pusat untuk mengatasi masalah tersebut. Hung mengatakan peraturan konstruksi baru-baru ini dilonggarkan di Nantou untuk mempermudah pendirian area berkemah yang sah. Pemerintah daerah juga berkomunikasi dengan dan memberikan nasihat hukum kepada industri tersebut, katanya.
Nantou telah merencanakan festival berkemah pada tanggal 9 November untuk membantu mempromosikan pariwisata berkelanjutan di area tersebut, kata Hung. Festival tersebut akan menampilkan pedagang lokal, diskusi tentang perlindungan lingkungan, kegiatan anak-anak, pertunjukan musik, dan penjualan oleh merek-merek berkemah.
Lansia Usia 107 Tahun Ini Memiliki Tanduk, Tanda Umur Panjang atau Penyakit?
Seorang nenek berusia 107 tahun dengan marga Chen (陳) menarik perhatian dengan adanya tanduk di dahi yang terus berkembang. Nenek yang tinggal di Kota Puning, Provinsi Guangdong ini menurut cicit lelakinya memiliki mentalitas yang baik, kesehatan yang baik, dan nafsu makan yang baik. Namun, dokter mengungkapkan bahwa Nenek Chen mempunyai "kutikula" di kepalanya, yang biasanya berkembang karena penyakit kulit lainnya, termasuk kutil yang disebabkan oleh infeksi human papillomavirus (HPV), karsinoma sel skuamosa, atau hal lainnya.
Media “Jiupai News” (九派新聞) melaporkan, bahwa tanduk pada lansia ini tidak hanya terjadi pada 1 kasus saja. Di Wuhan, seorang nenek bermarga Li (李) yang berusia 90 tahun pada tahun 2022 lalu juga memiliki “tanduk” sepanjang 5 cm. Awalnya ada jerawat kecil di sudut mata kanannya, tapi kemudian bertahap berkembang menjadi tanduk yang menekan kelopak mata kanannya hingga tidak bisa terbuka dan sangat mempengaruhi penglihatannya. Dokter menyampaikan, bahwa tanduk tersebut merupakan tanduk kulit akibat adanya peningkatan abnormal pada lesi di kulit, sehingga lesi pada kulit berkeratin dan menonjol, membentuk “tanduk binatang.”
Wakil Direktur Rumah Sakit Pencegahan dan Perawatan Dermatologi Wuhan, Yuan Yong-mou (袁勇謀) menyampaikan, bahwa tanduk di kepala Nenek Cheng juga merupakan tanduk kulit yang berkembang karena penyakit kulit lain, antara lain kutil dan jerawat yang disebabkan oleh human papillomavirus. (HPV) keratosis epilepsi (jinak), karsinoma sel skuamosa (ganas).
Menurutnya, kelompok umur yang paling banyak memiliki tanduk kulit ini belum ada statistik akuratnya, tapi kemungkinan besar yang terkena adalah orang paruh baya dan lanjut usia yang berusia di atas 40 atau 50 tahun. Selain faktor usia, terjadinya kulit tanduk juga berkaitan dengan paparan sinar matahari. Orang yang sering terpapar sinar matahari lebih besar kemungkinannya untuk mengalami pertumbuhan tanduk pada kulit. Biasanya muncul di wajah, kepala, leher, lengan bawah, dan punggung tangan, tapi juga di kelopak mata, badan, dan bagian tubuh lainnya.
Ia menyarankan masyarakat untuk melindungi diri dari sinar matahari dan pergi ke rumah sakit tepat waktu untuk mengetahui sifat penyakitnya jika ditemukan tanduk. Jika hasil pemeriksaannya jinak, tanduknya bisa diangkat. Jika ganas, diperlukan pengobatan lebih lanjut. Apakah tanduk akan tumbuh kembali setelah dicabut, tergantung sifat (jinak atau ganas) dan kedalamannya.