Kita harus memahami peta lengkap dan rangkaian utuh dari apa yang Allah lakukan dalam hidup kita, dan mengerti maksud semua yang Dia lakukan bagi kita. Selagi seorang anak manusia masih anak-anak, biasanya ia tidak mengerti apa yang orangtua lakukan bagi mereka. Anak-anak hanya mengerti kebaikan orangtua dari setiap coklat dan mainan yang diberikan, dan kesempatan jalan-jalan ke tempat wisata. Tapi kalau anak itu sudah dewasa, seharusnya memiliki pemahaman yang lengkap dan rangkaian utuh dari apa yang dilakukan orangtuanya, dan mengerti untuk apa orangtua melakukan semua itu. Demikian pula kita sebagai orang Kristen yang dewasa, harus memiliki pengetahuan dan pengertian yang lengkap dari peta kebijakan Tuhan dan rangkaian utuh dari apa yang Allah lakukan, dan maksud-maksud-Nya melakukan segala sesuatu yang terjadi dalam hidup kita.
Ketika kita berkata, “dengan apa kubalas kebaikan-Mu?” Maka sebenarnya apapun yang kita lakukan tidak setimpal dengan apa yang telah Tuhan lakukan untuk kita. Jadi, kalau kita hanya berbicara mengenai berkat jasmani, Tuhan memberikan kita untung dalam bisnis 100 juta lalu kita kembalikan 10 juta sebagai tanda kasih kita kepada Tuhan, itu sikap kanak-kanak atau tidak dewasa. Tuhan memberikan diri-Nya bagi kita, adalah pemberian yang tidak ada taranya. Tuhan Yesus begitu ekstrem mencintai kita. Maka, sepatutnya kita membalas kebaikan Tuhan juga dengan cinta yang ekstrem. Tidak ada cara lain untuk bisa menyenangkan hati Bapa selain terus berubah untuk memiliki karakter Kristus. Sehingga, dalam segala hal yang kita lakukan tidak bercacat, tidak bercela.
Oleh sebab itu, kita harus berani mengambil satu keputusan dan berkomitmen, bertekad bahwa satu-satunya agenda dalam hidup kita adalah mencari Allah untuk mengenal dan mengalami Dia (Flp. 3:10-11). Masalahnya, banyak orang Kristen telah terjebak dengan filosofi yang salah. Banyak orang Kristen menyelenggarakan hidup bukan karena mau menemukan Tuhan dan mau membalas kebaikan-Nya, tapi karena memang hanya mau menikmati dunia dan kebaikan Tuhan yang diukur dari pertolongan-Nya atas studi, karier, kerja, keluarga, dan semua hal yang bersifat fana itu. Hal itu telah menjadi standar orang beragama pada umumnya. Sejatinya, kekristenan bukan agama, tapi jalan hidup. Jika kita sudah memahami peta lengkap dari pekerjaan-Nya, rangkaian utuh dari karya-karya-Nya, maka kita mengerti tujuan hidup kita.
Hidup ini tidak gratis. Adam dan Hawa diciptakan untuk mengelola taman, menaklukkan bumi ini (Kej. 1:28). Dan tentu yang ditaklukkan bukan hanya alam fisik, tapi juga metafisik, yaitu Lusifer atau kuasa gelap yang memang di buang di bumi. Sekarang kita menjadi anak-anak Allah yang ditebus oleh Tuhan Yesus Kristus. Ini lebih berharga dari semua berkat jasmani atau pemenuhan kebutuhan jasmani. Sebab, kita ditebus untuk menjadi anak-anak Allah. Oleh sebab itu, kita diperhitungkan sebagai orang yang berutang untuk hidup menurut roh, bukan menurut daging.
Agenda hidup kita satu-satunya haruslah bagaimana kita mengenal Tuhan, mengerti kehendak-Nya, memenuhi rencana-Nya dalam hidup kita. Semua kegiatan hidup kita tujuannya hanyalah hal tersebut; menjadi anak-anak Allah yang berkenan kepada Bapa, menjadi kekasih Tuhan Yesus, dan mempelai yang tidak bercacat, tidak bercela, yaitu menjadi perawan suci di hadapan Allah. Ini tidak mudah, tapi kalau kita membiasakan diri, maka kita tidak akan meleset. Masalahnya, liciknya hati manusia dan pekerjaan Iblis yang cerdas membuat seseorang yang ada di lingkungan sekolah teologi dan gereja, tapi sebenarnya tujuannya bukan Tuhan dan Kerajaan-Nya. Bukan karena mau menjadi anak-anak Allah yang berkenan atau mempelai Tuhan, tapi karena mau menjalankan roda kehidupan di bumi ini dengan nyaman.
Itulah sebabnya, sungguh berbahagia orang muda-orang muda yang sejak dini sudah dilatih Tuhan untuk memiliki satu-satunya agenda yang benar. Dan inilah yang disebut dengan “meninggalkan dunia,