Dalam Ulangan 29:29 dikatakan: “Hal-hal yang tersembunyi ialah bagi TUHAN, Allah kita, tetapi hal-hal yang dinyatakan ialah bagi kita dan bagi anak-anak kita sampai selama-lamanya, supaya kita melakukan segala perkataan hukum Taurat ini.” Teks ini sering kali menjadi alasan bagi sebagian besar orang Kristen untuk tidak belajar, terutama hal yang bertalian dengan keadilan Allah. Bagi mereka, keadilan Allah adalah sesuatu yang misterius dan tidak dapat diselami oleh pikiran manusia. Ditambah lagi, bagi mereka, keadilan versi Allah tidak dapat disamakan dengan keadilan versi manusia. Oleh karenanya, keadilan Allah harus diterima sebagai sesuatu yang ada di luar kemampuan manusia untuk memahaminya. Namun, kita dapat mengajukan pertanyaan kritis bertalian dengan pemikiran semacam ini. Pertanyaan tersebut adalah: “jika keadilan Allah sungguh tidak dapat dikenali dan berbeda dengan keadilan versi manusia, bagaimana mungkin Allah menyerukan kepada manusia untuk menghidupi keadilan?”
Sesungguhnya, keadilan Allah pasti dapat dipahami oleh manusia. Jika keadilan versi Allah berbeda dengan keadilan versi manusia, berarti perintah Allah kepada manusia agar hidup dalam keadilan adalah perintah yang absurd atau tidak jelas. Ketika Allah menyerukan kepada umat Israel untuk menghidupi keadilan (Mik. 6:8), hal itu jelas menunjukkan bahwa Allah mengomunikasikan sesuatu yang dapat dipahami oleh umat-Nya. Umat-Nya sudah tahu apa yang dimaksud “adil” oleh Allah, yang mana hal itu tercermin dalam tatanan hukum Taurat yang diberikan. Keadilan Allah sangat jelas tercermin dalam tulisan-tulisan Perjanjian Lama. Mulai dari keadilan-Nya dalam hal sederhana yang mengatur perdagangan, permasalahan antaranggota kelompok, sampai dengan hal yang rumit seperti hukuman atas kesalahan fatal yang mengakibatkan kematian. Keadilan Allah yang tercermin dalam Taurat menunjukkan bahwa keadilan Allah merupakan sebuah konsep keadilan yang dapat dipahami. Konsep keadilan Allah bukanlah sebuah konsep yang sama sekali misterius dan sama sekali tidak dapat dipahami.
Ulangan 29:29 harus dipahami dengan tepat pada konteksnya. Ayat ini tidak berbicara mengenai keselamatan kekal, melainkan sejarah perjalanan bangsa Israel yang keluar dari Mesir menuju Kanaan. Bagaimana mereka memakai baju dan alas kaki yang tidak rusak selama puluhan tahun ketika berjalan di padang gurun. Hal ini merupakan peristiwa ajaib yang tidak dapat dimengerti oleh pemikiran manusia. Mekanisme bagaimana Allah melakukan hal ajaib tersebut dapat dikatakan sebagai “hal-hal yang tersembunyi.” Kita tidak perlu mempersoalkan cara Allah melakukan hal tersebut, sebab itu adalah bagian Allah.
Allah tidak mungkin bertindak seperti bola liar, sehingga kita tidak mengenali dan bertanya-tanya kehendak-Nya. Ketika Allah bertindak, Ia memiliki rambu-rambu atau tatanan yang jelas. Keadilan Allah dapat dikenali paling tidak melalui dua hal, yakni isi hati yang dinyatakan-Nya melalui kebenaran dan pengalaman orang saleh-Nya yang tercatat dalam Kitab Suci. Pertama, keadilan Allah dinyatakan melalui kebenaran Firman-Nya. “Kebenaran Firman” di sini maksudnya adalah seluruh perkataan, pertimbangan, dan keputusan Allah yang tercatat dalam Kitab Suci. Melalui perkataan, pertimbangan, dan keputusan Allah tersebut, kita dapat mempelajari bagaimana Pribadi Allah. Untuk memahami hal ini, seseorang perlu diperlengkapi dengan kemampuan menafsirkan Alkitab yang baik. Dengan kemampuan menafsir yang baik, seseorang dapat menemukan inti sari kebenaran mengenai keadilan dalam Pribadi Allah sendiri.
Kedua, keadilan Allah dapat dilihat pada perjalanan-Nya bersama dengan para orang saleh yang tercatat dalam Kitab Suci. Pengalaman tokoh-tokoh Alkitab seperti Nuh, Abraham, Musa, Daud, Petrus, dan Paulus ketika berjalan dengan Allah dapat memberi petunjuk bagaimana hakikat keadilan Allah. Pengalaman yang berbeda-beda tersebut menjadi sebuah kekayaan yang tidak ternilai, terkait dengan sikap Allah dalam berbagai situasi...